Tautan-tautan Akses

Ribuan Migran Terlantar di Stasiun Kereta Budapest, Hungaria


Para migran dari Suriah dan Afghanistan menuntut agar mereka bisa melakukan perjalanan ke Jerman dalam protes di luar stasiun kereta di Budapest, Hungaria Rabu (2/9).
Para migran dari Suriah dan Afghanistan menuntut agar mereka bisa melakukan perjalanan ke Jerman dalam protes di luar stasiun kereta di Budapest, Hungaria Rabu (2/9).

Pihak berwenang di Hungaria tidak lagi mengizinkan para migran untuk melakukan perjalanan ke Austria dan Jerman tanpa memiliki visa dari Uni Eropa.

Sedikitnya 2.000 orang terlantar di stasiun kereta internasional utama di Budapest, Hungaria, setelah pihak berwenang secara tiba-tiba berhenti mengizinkan para migran melakukan perjalanan ke Jerman dan Austria tanpa visa dari Uni Eropa.

Sebelumnya, sejak hari Senin (31/8), pihak berwenang mengizinkan para migran yang telah berkemah di luar stasiun selama berpekan-pekan menaiki kereta tanpa pemeriksaan visa. Namun, mereka tampaknya membatalkan keputusan itu hari Selasa (1/9) sehingga membuat ribuan calon penumpang terlantar. Para pejabat mengatakan, mereka berusaha mengikuti peraturan Uni Eropa.

Hungaria adalah salah satu pintu masuk utama bagi para migran ke Uni Eropa, dengan lebih dari 156 ribu orang datang tahun ini. Berdasarkan peraturan Uni Eropa, para migran harus mencari suaka di negara pertama yang mereka masuki. Ini berarti Hungaria secara teknis mencegah para migran melintas masuk ke Austria dan Jerman.

Namun, Jerman mengumumkan pekan lalu bahwa negara itu akan mengizinkan warga Suriah mengajukan status pengungsi di dalam wilayahnya.

Peraturan pendaftaran yang tidak konsisten ini membingungkan banyak migran karena banyak di antara mereka tidak memiliki dokumen yang dibutuhkan dan juga uang untuk membeli tiket.

Sementara itu, layanan kereta Eurostar antara Inggris dan Perancis dihentikan selama beberapa jam Selasa malam karena adanya kecurigaan bahwa sejumlah migran ilegal memblokir jalur kereta itu.

Ratusan penumpang merasa frustrasi dan marah akibat penundaan tersebut, yang mempengaruhi lima kereta dari Paris ke London. Tiga kereta pada akhirnya menyelesaikan perjalanan sementara dua lainnya kembali ke stasiun pemberangkatan. Para penumpang juga mengeluh karena listrik dan AC dimatikan selama mereka menunggu.

Kereta-kereta itu dihentikan menjelang masuk Eurotunnel, terowongan yang sering disebut juga Chunnel, setelah para pejabat Eropa mengingatkan bahwa sejumlah migran kemungkinan berada dalam terowongan itu, atau akan berusaha naik ke atas kereta untuk menyeberang dari satu negara ke negara lain. Para pejabat tidak menyebutkan apakah mereka sudah melakukan penangkapan.

Kota pelabuhan Calais di Perancis telah menjadi pusat bagi para imigran yang berusaha menyeberang ke Inggris melalui Eurotunnel. Namun para pejabat mengatakan, jumlah orang yang berusaha menyeberang kini menurun menjadi 100 hingga 200 orang per malam, setelah sempat mencapai 200 orang per malam pada Juli lalu.

Hari Selasa, Organisasi Migrasi Internasional (IOM) mengatakan, lebih dari 350 ribu migran telah melakukan perjalanan berbahaya menyeberang Laut Tengah tahun ini, untuk menghindari kekerasan dan kemiskinan di Timur Tengah dan Afrika dan mencari kehidupan yang lebih baik di Eropa.

Badan antar pemerintah itu mengatakan, lebih dari 234 ribu di antara mereka mendarat di pantai-pantai Yunani, sekitar 114 ribu di Italia, da sejumlah kecil lainnya di Spanyol dan Malta. IOM mengatakan, sekitar 2600 orang tewas, umumnya akibat tenggelam setelah berdesak-desakan di kapal-kapal yang buruk kondisinya dan dioperasikan para penyelundup manusia.

Ribuan migran dari Suriah dan Afghanistan melakukan protes di luar stasiun kereta di Budapest, Hungaria Rabu (2/9) menuntut agar mereka diizinkan naik kereta untuk menuju Jerman.
Ribuan migran dari Suriah dan Afghanistan melakukan protes di luar stasiun kereta di Budapest, Hungaria Rabu (2/9) menuntut agar mereka diizinkan naik kereta untuk menuju Jerman.

XS
SM
MD
LG