Tautan-tautan Akses

Reformis Iran Mundur dari Persaingan Pemilihan Presiden


Kandidat presiden Iran Mohsen Mehralizadeh, dalam debat televisi ketiga menjelang pemilihan 18 Juni, di studio televisi Negara Iran di Teheran, 12 Juni 2021. (MORTEZA FAKHRI NEZHAD / YJC NEWS AGENCY / AFP)
Kandidat presiden Iran Mohsen Mehralizadeh, dalam debat televisi ketiga menjelang pemilihan 18 Juni, di studio televisi Negara Iran di Teheran, 12 Juni 2021. (MORTEZA FAKHRI NEZHAD / YJC NEWS AGENCY / AFP)

Salah satu dari dua reformis yang disetujui untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Iran minggu ini, Mohsen Mehralizadeh, Rabu (16/6) menarik pencalonannya.

Keputusan mundur Mehralizadeh menyisakan enam calon dalam persaingan pemilihan Jumat mendatang, yang secara luas diperkirakan akan dimenangkan tokoh ultrakonservatif Ebrahim Raisi.

Mehralizadeh, mantan wakil presiden berusia 64, adalah satu dari hanya dua reformis yang diizinkan mencalonkan diri dalam pemilihan untuk menggantikan Presiden Hassan Rouhani, yang telah menjabat maksimum dua periode berturut-turut.

Penarikan diri Mehralizadeh dari pencalonan pertama kali dilaporkan oleh kantor berita pemerintah IRNA, yang tidak mengungkap siapa sumbernya, dan kemudian oleh mitranya, ISNA, yang mengutip juru bicara kampanyenya.

Juru bicara itu tidak memberikan penjelasan tetapi mengatakan pernyataan resmi akan dikeluarkan "dalam beberapa jam mendatang," kata ISNA.

Mehralizadeh tertinggal dalam jajak pendapat prapemilihan. Ia merupakan satu-satunya kandidat yang mendapat skor kurang dari satu persen suara, menurut lembaga jajak pendapat ISPA.

Mantan kepala Bank Sentral Iran Abdolnasser Hemmati, kandidat dalam pemilihan presiden Iran mendatang, dalam wawancara dengan The Associated Press di kantornya di Teheran, Iran, Rabu, 9 Juni 2021. (AP)
Mantan kepala Bank Sentral Iran Abdolnasser Hemmati, kandidat dalam pemilihan presiden Iran mendatang, dalam wawancara dengan The Associated Press di kantornya di Teheran, Iran, Rabu, 9 Juni 2021. (AP)

Kemundurannya hanya menyisakan satu kandidat yang dianggap reformis dalam persaingan itu, yakni mantan kepala bank sentral Abdolnasser Hemmati, yang berusia 66 tahun.

Tokoh yang diperkirakan memimpin dalam perolehan suara adalah Raisi, yang dianggap dekat dengan pemimpin agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Khamenei sendiri sebelumnya mendiskualifikasi beberapa tokoh politik yang memberikan tantangan signifikan kepada Raisi dalam pemilihan presiden.

Pemilihan presiden di Iran berlangsung saat Teheran sedang melangsungkan pembicaraan dengan negara-negara besar dunia yang bertujuan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir penting tahun 2015. Pemilihan itu juga berlangsung sementara rakyat Iran dilanda ketidakpuasan karena krisis ekonomi dan sosial yang parah menyusul pemberlakuan sanksi-sanksi karena program nuklir Iran.

Menurut beberapa jajak pendapat, persentase pemilih yang abstain dalam pemilihan presiden tahun ini bisa melebihi rekor 57 persen yang tercatat dalam pemilihan parlemen tahun lalu. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG