Tautan-tautan Akses

Presiden Trump Berlakukan Kembali Sanksi Ekonomi terhadap Iran


Trump Kembali Berlakukan Sanksi Kepada Iran
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:27 0:00

Presiden Trump Kembali Berlakukan Sanksi Kepada Iran.

Amerika Serikat telah memberlakukan kembali sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran. Para pejabat senior pemerintahan Presiden Donald Trump menyatakan langkah tersebut dimaksudkan untuk memberi tekanan finansial yang signifikan guna “menangkis aktivitas jahat rezim Iran yang menyolok mata dan terus berlangsung” dan pada akhirnya untuk mengupayakan suatu perjanjian baru yang dapat mengatasi ancaman Iran.

Pernyataan untuk memberlakukan kembali sanksi-sanksi yang dicabut berdasarkan perjanjian nuklir 2015 semakin membuat jurang perselisihan antara Amerika dan sekutu-sekutunya di Eropa semakin lebar. Laporan wartawan VOA di Gedung Putih Patsy Widakuswara disampaikan selengkapnya oleh Utami Hussin berikut ini.

Tekanan terhadap Iran semakin keras. Pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump telah memberlakukan rangkaian pertama sanksi-sanksi terhadap Iran setelah Amerika mundur dari perjanjian nuklir Iran pada Mei lalu. Putaran ke-dua dijadwalkan mulai berlaku bulan November, termasuk sanksi-sanksi terhadap penjualan minyak Iran.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan tujuan menetapkan sanksi itu adalah membuat Iran mengubah apa yang dianggap Washington sebagai perilaku jahat.

Pompeo mengatakan, "Sekarang ini, Amerika Serikat melancarkan kampanye tekanan finansial dan diplomatik untuk menghentikan aliran dana yang digunakan rezim itu untuk memperkaya diri serta mendukung pembunuhan dan pengrusakan.”

Pemerintahan Trump bertaruh sanksi-sanksi tersebut akan mendorong tercapainya suatu perjanjian nuklir yang lebih baik daripada yang dicapai pada tahun 2015 di bawah pemerintahan mantan presiden Barack Obama.

Pada suatu rapat umum baru-baru ini di Missouri, Presiden Trump mengatakan bahwa ia terbuka untuk melakukan perundingan baru.

Trump mengemukakan, "Kami siap untuk membuat perjanjian yang sesungguhnya, bukan kesepakatan yang dilakukan pemerintahan terdahulu, yang merupakan bencana.”

Akan tetapi Presiden Iran Hassan Rouhani menepis pernyataan itu dalam pidato yang ditayangkan televisi hari Senin.

Rouhani mengatakan, "Apa artinya berunding apabila pada saat bersamaan memberlakukan sanksi-sanksi? Ini seperti orang yang menghunus pisau untuk menusuk tangan lawan atau musuh sementara pada saat bersamaan mengatakan ‘kita harus berbicara dan berunding."

Sanksi-sanksi baru itu melarang transaksi apapun dengan Iran yang melibatkan uang kertas dolar, emas, berbagai logam mulia, aluminium, baja, pesawat penumpang komersial dan batu bara.

Presiden Trump Berlakukan Kembali Sanksi Ekonomi terhadap Iran
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:34 0:00

Steve Hanke, ekonom di Johns Hopkins University, ragu sanksi-sanksi itu akan efektif.

Hanke melalui Skype menjelaskan, "Sanksi membuat rezim tetap berkuasa. Dan ke-dua, sanksi-sanksi semakin menarik minat mafia kriminal untuk meraup banyak uang melalui penyelundupan.”

Sekutu-sekutu Amerika di Eropa menentang langkah baru ini. Uni Eropa telah memberlakukan suatu legislasi yang tidak mengharuskan perusahaan-perusahaan Uni Eropa mematuhi sanksi-sanksi Amerika dan melindungi perusahaan tersebut apabila mereka bertransaksi dengan Iran.

Iran telah berulang kali menyangkal bahwa program nuklirnya bertujuan untuk membuat senjata nuklir. Badan Energi Atom Internasional menyatakan Iran mematuhi perjanjian tahun 2015 dan kesepakatan tersebut telah memungkinkan verifikasi yang lebih luas terhadap aktivitas nuklir Iran. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG