Tautan-tautan Akses

Perusahaan Asing Didesak Berkantor di Arab Saudi


Pemandangan Distrik Keuangan Raja Abdullah di utara Riyadh, Arab Saudi, 11 April 2016.
Pemandangan Distrik Keuangan Raja Abdullah di utara Riyadh, Arab Saudi, 11 April 2016.

Arab Saudi, Senin (15/2), menekan sejumlah perusahaan asing agar memindahkan kantor pusat mereka di Timur Tengah ke kerajaan itu. Kalau tidak, Arab Saudi akan berhenti menandatangani kontrak dengan perusahaan-perusahaan itu mulai 2024.

Melansir AFP, Ultimatum yang berani itu bisa meningkatkan persaingan untuk bisnis dan modal asing antara kerajaan itu dan negara-negara Teluk lain, terutama sekutu utamanya, Uni Emirat Arab (UEA), sementara mereka kesulitan akibat ekonomi yang memburuk.

"Arab Saudi hendak menghentikan kontrak dengan perusahaan dan lembaga komersial yang kantor pusat regionalnya tidak di kerajaan ini," kantor berita resmi Saudi Press Agency (SPA), melaporkan mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya.

"Penghentian akan mencakup instansi, lembaga, dan dana milik pemerintah dan akan berlaku efektif 1 Januari 2024."

Keputusan itu untuk "membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, membatasi kebocoran ekonomi, meningkatkan efisiensi belanja dan menjamin bahwa barang utama dan jasa yang dibeli berbagai badan pemerintah dibuat di kerajaan ini," tambahnya.

Arab Saudi, ekonomi Arab terbesar, kesulitan menarik investasi asing, pilar utama rencana diversifikasi ekonomi "Visi 2030" yang diusulkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman untuk meningkatkan pendapatan non minyak.

Banyak perusahaan multinasional yang berbisnis di kerajaan yang konservatif itu lebih senang berkantor pusat regional di UEA dan ibu kota Teluk Persia lainnya yang menawarkan gaya hidup yang relatif lebih liberal dan mengizinkan minuman beralkohol.[ka/jm]

XS
SM
MD
LG