Tautan-tautan Akses

Pentagon: Klaim Iran Bahwa AS Berupaya Sita Tanker 'Keliru'


Gabungan gambar yang didapat dari potongan tayangan televisi Iran pada 3 November 2021 ini menunjukkan Korps Garda Revolusi Iran menyita sebuah tanker di laut Oman. (Foto: AFP/HO/Iranian Army Office)
Gabungan gambar yang didapat dari potongan tayangan televisi Iran pada 3 November 2021 ini menunjukkan Korps Garda Revolusi Iran menyita sebuah tanker di laut Oman. (Foto: AFP/HO/Iranian Army Office)

Pentagon mengecam klaim Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) yang menyebutkan bahwa pasukan IRGC telah menggagalkan upaya Amerika untuk menyita sebuah kapal tanker yang membawa minyak asal Republik Islam itu di Laut Oman.

"Saya telah melihat klaim Iran. Klaim itu benar-benar salah dan tidak benar," kata juru bicara Pentagon John Kirby kepada wartawan, Rabu (3/11).

Kirby mengatakan pasukan Iranlah yang secara ilegal menyita dan menaiki kapal dagang pada akhir Oktober lalu di Laut Oman. Pasukan Amerika Serikat (AS) memantau situasi yang terjadi tetapi "tidak pernah berusaha menyita kembali" kapal atau terlibat dengan pasukan Iran.

"Tindakan Iran ... merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional. Ini merusak kebebasan navigasi dan arus perdagangan bebas. Satu-satunya penyitaan yang dilakukan adalah (penyitaan yang dilakukan) oleh Iran," tambah Kirby.

Untuk mendukung klaim Iran, TV pemerintah Iran menayangkan rekaman yang menunjukkan sebuah kapal tanker merah dikelilingi oleh sekitar 10 speedboat, menurut Reuters.

Sementara itu, seorang pejabat AS mengatakan kepada VOA bahwa beberapa pesawat tak berawak, yang diyakini milik Iran, terbang dalam "interaksi yang tidak aman" dengan USS Essex di Selat Hormuz, pada Selasa (2/11).

Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk membahas situasi tersebut, mengatakan kepada VOA bahwa pesawat tak berawak itu terbang dalam jarak sekitar 1.500 meter dari kapal serbu amfibi Angkatan Laut AS.

Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington di tengah pembicaraan yang terhenti mengenai penghidupan kembali perjanjian nuklir 2015 antara Iran dengan kekuatan dunia. Perjanjian itu mencabut sanksi global terhadap Iran dengan syarat Teheran akan membatasi program pengayaan uraniumnya.

Mantan Presiden Donald Trump menarik Amerika Serikat mundur dari perjanjian itu pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi AS terhadap Iran. Teheran kemudian melanggar batasan pengayaan uranium yang telah ditetapkan dalam perjanjian itu. [my/jm]

XS
SM
MD
LG