Tautan-tautan Akses

Penjaga Pantai Turki Cegat 60 Migran di Laut Agea


Warga melambaikan bendera nasional dalam protes melawan rencana untuk membangun kamp pengungsi di bawah perjanjian Uni Eropa-Turki di Dikili, Izmir, Turki (2/, April 2, 2016. Under the new deal refugees and migrants who arrived on Greek islands after March 2
Warga melambaikan bendera nasional dalam protes melawan rencana untuk membangun kamp pengungsi di bawah perjanjian Uni Eropa-Turki di Dikili, Izmir, Turki (2/, April 2, 2016. Under the new deal refugees and migrants who arrived on Greek islands after March 2

Kelompok itu, termasuk warga Suriah, diangkut ke kota Dikili, Turki barat sesuai dengan persetujuan Uni Eropa-Turki yang mulai berlaku 4 April.

Pengawal pantai Turki mencegat lebih dari 60 migran dan pengungsi di Laut Agea ketika mereka berusaha mencapai pulau Yunani, Lesbos, hari Sabtu (2/4).

Kelompok itu, termasuk warga Suriah, diangkut ke kota Dikili, Turki barat sesuai dengan persetujuan Uni Eropa-Turki yang mulai berlaku 4 April. Dikili adalah salah satu pusat yang ditetapkan bagi migran yang dikirim kembali ke Turki.

Kira-kira 300 pemrotes anti-migran di Dikili berdemonstrasi hari Sabtu menentang meja pendaftaran dan kamp pengungsi bagi pencari suaka yang ditolak di kota mereka.

Turki dan Uni Eropa bulan lalu sepakat untuk mengekang banjir migran ke Eropa yang telah mencapai rekor sejak Perang Dunia ke-II. Berdasarkan persetujuan itu, migran yang tiba secara ilegal di Yunani dari Turki akan dikirim kembali kecuali jika permohonan suaka mereka diterima.

Sebagai imbalan, Uni Eropa akan memukimkan kembali ribuan pengungsi legal Suriah langsung dari Turki – satu bagi setiap orang Suriah yang dikembalikan dari pulau-pulau Yunani.

Sejak Januari, Turki telah menangkap dan dengan paksa mengirim kira-kira 100 pengungsi kembali ke Suriah hampir setiap hari, menurut laporan baru Amnesty International.

Organisasi hak asasi manusia itu mengatakan hari Jumat ini telah menjadi rahasia umum di Turki selatan dan menonjolkan apa yang disebutnya “cacat fatal” dalam persetujuan pengungsi antara Turki dan Uni Eropa itu.

“Dalam keputusasaan mereka menutup perbatasan mereka, para pemimpin Uni Eropa telah dengan sengaja meremehkan fakta yang paling sederhana: Turki bukan negara aman bagi pengungsi Suriah dan semakin kurang aman setiap hari,” kata Direktur Asia Tengah Amnesty International, John Dalhuisen.

Ia mengatakan persetujuan mengembalikan pengungsi Suriah dan lain-lain dari Yunani, yang merupakan anggota Uni Eropa, ke Turki hanya dapat dilaksanakan dengan hati yang tidak berperasaan dan “tidak mempedulikan hukum internasional.”

Amensty mengatakan anak-anak dan seorang wanita yang hamil delapan bulan termasuk di antara orang yang dipaksa kembali ke Suriah. [gp]

XS
SM
MD
LG