Tautan-tautan Akses

254 Tersangka Penipu Lewat Telepon Dipulangkan ke China


Salah satu skema penipuan lewat telepon adalah menawarkan tiket murah untuk pesawat terbang atau kereta api, pinjaman berbunga rendah atau barang-barang selundupan seperti obat, senjata dan peralatan pengintaian.
Salah satu skema penipuan lewat telepon adalah menawarkan tiket murah untuk pesawat terbang atau kereta api, pinjaman berbunga rendah atau barang-barang selundupan seperti obat, senjata dan peralatan pengintaian.

Mereka diduga melakukan sampai 4.000 penipuan besar lewat telepon antar perbatasan, menyasar para korban di lebih dari 20 kota dan provinsi.

Sebanyak 254 warga negara China yang ditangkap di Kamboja dan Indonesia karena melakukan penipuan lewat telepon dan Internet yang menyasar orang-orang China, direpatriasi hari Selasa (10/11) untuk menghadapi gugatan di negara asal mereka, menurut Kementerian Keamanan Publik.

Sebuah pernyataan dalam laman kementerian itu mengatakan bahwa para tersangka diterbangkan kembali ke Beijing dan tiga kota di China lainnya dengan penerbangan carteran. Mereka diduga melakukan sampai 4.000 penipuan besar lewat telepon antar perbatasan, menyasar para korban di lebih dari 20 kota dan provinsi, menurut kementerian tersebut.

Rincian mengenai penipuan tersebut tidak dijelaskan, meski kementerian mengatakan bahwa kasus-kasus penipuan tersebut ada di antara kategori-kateri kejahatan yang paling cepat tumbuh dan beberapa dari yang paling sulit dipecahkan.

Polisi di Kamboja mengatakan kelompok yang ditahan itu melakukan operasinya di rumah-rumah sewaan di kota wisata pantai Sihanoukville, dan pihak berwajib masih mencari dalangnya.

Kemampuan untuk mengeksploitasi transfer-transfer bank elektronik dari jarak jauh, menyembunyikan identitas dan terus mengubah mekanisme penipuan, memungkinkan para kriminal ini terus menipu korban dan menghindari pelacakan, ujar Kementerian Keamanan Publik di China.

Dalam penipuan-penipuan seperti itu, umumnya para tersangka memakai banyak identitas palsu untuk mendapatkan informasi pribadi, atau mendesak korban untuk memindahkan dana ke rekening-rekening bank luar negeri.

Lingkaran penipuan yang ditangkap sebelumnya melibatkan para penipu yang menyamar menjadi pegawai bank, perusahaan telekomunikasi, badan jaminan sosial dan layanan kesehatan publik, yang meminta pembayaran atas iuran yang sebetulnya tidak ada atau menyimpan saldo minimum.

Yang lainnya menyamar sebagai polisi atau petugas kantor pos yang mengklaim sedang menyelidiki kejahatan seperti penyelundupan narkoba dan pencucian uang, dan meminta informasi pribadi untuk membersihkan para korban dari kecurigaan.

Ada juga yang berpura-pura menawarkan tiket murah untuk pesawat terbang atau kereta api, pinjaman berbunga rendah atau barang-barang selundupan seperti obat, senjata dan peralatan pengintaian. Tawaran-tawaran pekerjaan, lotere, mobil, rumah dan pendaftaran sekolah juga digunakan sebagai umpan, sementara yang lain ditipu oleh kerabat atau kenalan palsu yang putus asa mencari uang untuk membayar utang atau biaya medis.

Para tersangka yang tiba hari Selasa merupakan yang pertama direpatriasi sejak kampanye baru melawan penipuan berbasis telepon di luar negeri diluncurkan bulan lalu.

Kementerian mengatakan akan terus memperkuat pengumpulan data dan koordinasi intelijen dengan badan-badan asing agar "para kriminal tidak punya tempat untuk beristirahat, bersembunyi dan melakukan kejahatannya."

Kepolisian nasional Kamboja mengatakan dalam laman mereka hari Selasa bahwa 168 orang China, termasuk 19 perempuan, telah dikirim pulang dengan dua pesawat carter setelah ditahan atas tuduhan menggunakan Internet untuk memeras uang dari para korban dari China.

Pihak berwenang di Kamboja bertindak berdasarkan informasi dari otoritas di China, dan polisi dari kedua negara sekarang bekerjasama untuk menemukan siapa dalang di balik semua itu, menurut Jenderal Khun Sambo, wakil kepala kepolisian Kamboja.

Polisi imigrasi senior Kamboja, Jenderal Ouk Haiseila mengatakan, ke-168 orang China itu ditangkap tanggal 31 Oktober di Sihanoukville. Kelompok itu, beberapa diantara anggotanya telah berada di Kamboja selama dua tahun, menyewa sebuah rumah dan vila besar untuk tinggal dan menjalankan aksinya, menurut Haiseila. [hd]

Recommended

XS
SM
MD
LG