Tautan-tautan Akses

Penindakan Keras, Kendala Finansial, Batasi Protes di Myanmar


FILE - Aksi damai dengan menyalakan lilin di Yangon, Myanmar, 13 Maret 2021. Prospek perdamaian di Myanmar apalagi kembali ke demokrasi, tampak lebih redup dari sebelumnya dua tahun setelah tentara merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi, kata para ahli. (AP)
FILE - Aksi damai dengan menyalakan lilin di Yangon, Myanmar, 13 Maret 2021. Prospek perdamaian di Myanmar apalagi kembali ke demokrasi, tampak lebih redup dari sebelumnya dua tahun setelah tentara merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi, kata para ahli. (AP)

Dua tahun setelah kudeta militer di Myanmar, sejumlah kecil anak muda masih memprotes kudeta tersebut. Tetapi mengingat tindakan keras militer terhadap protes, situasi keamanan yang diperketat, dan kendala keuangan, hanya sedikit saja demonstrasi cepat (flash mob) yang kini berlangsung, dan mereka melakukannya di kawasan perkotaan.

Dalam protes semacam itu, di tempat-tempat seperti di Yangon dan Mandalay, sekelompok kecil orang muda berkumpul dalam waktu singkat, berteriak-teriak dan membawa spanduk berisi slogan-slogan sebelum membubarkan diri.

Presiden Federasi Serikat Mahasiswa Seluruh Myanmar, yang menggunakan nama Molly dalam wawancaranya dengan media untuk alasan keamanan, mengatakan, rakyat di Myanmar perlu lebih menyadari oposisi terhadap junta yang kini berkuasa.

Flash mob membuat orang-orang di perkotaan gelisah. Sementara revolusi berlangsung untuk jangka panjang, orang-orang kembali ke kehidupan normal. Kesadaran politik serta revolusi bersenjata mereka perlu dibangunkan,” katanya kepada VOA.

Sejak kudeta, orang-orang mudalah yang paling gencar berupaya menjatuhkan rezim meskipun berlangsung penggerebekan malam hari, penangkapan yang melanggar hukum, mereka dikejar atau dipukuli di jalan-jalan.

Federasi serikat mahasiswa dan Komite Pemogokan Umum, gabungan terbesar kelompok-kelompok yang mengorganisasi protes antipemerintah, mengatakan kepada VOA bahwa sebagian besar dari mereka yang mengikuti flash mob itu adalah pelajar SMA berusia di bawah 18. Sementara siswa lain kembali ke sekolah-sekolah yang dikontrol militer, sebagian anggota dua organisasi itu memilih jalur bersenjata, aktif berpartisipasi dalam serangan gerilya.

Molly dan saudara laki-lakinya, Nyi Min Thu, bergabung dengan protes tepat setelah kudeta 1 Februari 2021. Nyi Min Thu tewas pada 25 Februari, sewaktu militer menggerebek rumah tempatnya bersembunyi.

“Setelah saudara saya meninggal, saya bekerja lebih keras untuk revolusi dengan mempertaruhkan nyawa saya,” lanjut Molly.

Dua tahu setelah kudeta, rezim militer meningkatkan kontrolnya atas kota-kota besar. Di berbagai persimpangan jalan di Yangon dan Mandalay, militer mendirikan pos-pos pemeriksaan dan menempatkan pasukan keamanan. Pasukan keamanan junta telah menangkap para demonstran muda dengan menggerebek rumah-rumah dan melakukan penindakan keras selama protes. [uh/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG