Tautan-tautan Akses

Pemuda Lebanon Angkat Bicara Menentang Kekerasan Antar Kelompok


Para perempuan berjalan melewati prajurit tentara Lebanon, berkumpul di lokasi ledakan hari Selasa, di daerah Haret Hreik di daerah pinggiran selatan ibukota Lebanon Beirut, 22 Januari 2014.
Para perempuan berjalan melewati prajurit tentara Lebanon, berkumpul di lokasi ledakan hari Selasa, di daerah Haret Hreik di daerah pinggiran selatan ibukota Lebanon Beirut, 22 Januari 2014.

Pemuda Lebanon menggunakan media sosial untuk mengakhiri kekerasan antar kelompok yang melanda negara mereka, dan beberapa di antara mereka mencoba untuk menyalurkan kemarahan melalui gerakan politis, walaupun kritikus mengatakan cara protes lewat ranah online terlalu naif.

Awalnya hanya ada beberapa belas pesan media sosial mengutuk kekerasan antar kelompok, tapi dalam beberapa hari setelah bom bunuh diri yang menewaskan tujuh orang, termasuk seorang anak laki berusia 16 tahun, ribuan pemuda Lebanon ikut berpartisipasi. Dalam tweet mereka, mereka bersikeras bahwa bila mereka terbunuh dalam sebuah ledakan, mereka seharusnya tidak dianggap sebagai martir tapi sebagai korban.

Mereka juga menolak ide pelaku bom bunuh diri harus dianggap sebagai martir.

Protes online bergulir keras dan dengan menggunakan hashtag "notamartyr" [#notamartyr] dalam posting Twitter dan Facebook mereka, pemuda Lebanon mencurahkan pendapat mereka tentang politik antar kelompok dan mengolok-olok orde lama Lebanon.

Hitting close to home

Salah satu penyelenggaranya, blogger Gino Raidy, mengatakan reaksi ini membuatnya terkejut, tapi ia berkata kematian brutal Mohammad Chaar yang berusia 16 tahun, yang sedang bermain bersama teman-temannya di tengah kota ketika terbunuh, adalah sesuatu yang dirasakan dekat oleh para pemuda.

“Ini adalah sesuatu yang mempengaruhi kita, mempengaruhi orang normal seperti Mohammad Chaar, seorang anak laki berusia 16 tahun mengambil foto selfie di daerah yang paling trendi di Beirut," kata Raidy. "Jadi ini sesuatu yang bisa dimengerti oleh kami semua, bukan hanya seorang tokoh politik terbunuh di suatu tempat atau seorang pejuang yang tewas di zona perang. Peristiwa tersebut terjadi di wilayah Beirut yang sangat tenang, yang seharusnya aman. Saya pikir itu sebabnya berdampak dalam bagi kami.”

Dari serangkaian bom mobil yang mematikan yang dipicu oleh perang sipil di negara tetangga Suriah, sampai banjir hampir jutaan pengungsi Suriah, perselisihan antar kelompok telah melanda Lebanon. Yang paling mengkhawatirkan adalah ledakan-ledakan yang disebabkan oleh bom bunuh diri akhir-akhir ini, sesuatu yang yang tidak terjadi di negara tersebut sejak perang sipil Lebanon pada tahun 1975-1990, dan itupun jarang terjadi.

Bom bunuh diri jelas dibuat untuk meneror dan menyebabkan tingkat kematian yang tinggi karena menargetkan wilayah pemukiman selama jam-jam sibuk.

Gerakan "Saya"

Menolak konsep martir adalah langkah yang sangat strategis, ujar Raidy yang berusia 26 tahun, yang bicara di café Urbanista, tempat kumpul yang populer.

“Kata martir masih memiliki banyak makna, banyak asosiasi dengan dasar-dasar keagamaan dan sosial dan budaya," ujarnya. "Jadi ketika seseorang disebut martir, kita tidak pernah mendebatnya lagi. Tapi sekarang orang-orang mulai menyadari sebutan tersebut digunakan untuk menghindari tanggungjawab dari pemerintah, atau kelompok apa yang bertanggungjawab, untuk menginvestigasi dan menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan.”

Sekarang ia dan penyelenggara lainnya berharap mendirikan gerakan "Saya" untuk memulai perubahan. Sebagian besar fokus mereka adalah isu gaya hidup, mulai dari undang-undang pembatasan obat sampai polisi yang mengganggu anak mudah di malam hari.

Tapi banyak orang lain, termasuk aktivis yang mengkampanyekan politik non-antar kelompok, berargumentasi bahwa cara ini adalah naif. Aktivis HAM dan ilmuwan perubahan iklim Rania Masri adalah salah satu di antara mereka.

“Apa yang mengganggu saya tentang gerakan 'Saya' ini adalah de-kontekstualisasi masalah ini," kata Masri. "Jadi daripada memahami kenapa orang menjadi martir, atau daripada memahami kekerasan di sekitar mereka dan berusaha untuk menghentikannya sebagai anggota masyarakat, mereka hanya mengklaim hidup mereka sebagai individual, dan mengklaim hal itu sebagai kesadaran politik, sementara menurut saya itu adalah memperkuat rasa apatis terhadap politik.”

Penyelenggara gerakan "Me” mengatakan pergolakan di Arab dipicu sebagian besar oleh aktivis kampanye yang mendesak hak-hak individu dan mereka percaya bahwa mereka bisa membuat perbedaan.
XS
SM
MD
LG