Dokter gigi Amerika yang membunuh Cecil, singa terkenal Zimbabwe, kembali bekerja hari Selasa (8/9), setelah berminggu-minggu menghindari publik dan media karena perburuannya yang kontroversial itu.
Walter Palmer memasuki kantor prakteknya di Bloomington, Minnesota hari Selasa pagi, melewati sekelompok kecil pemrotes dan wartawan yang berkumpul di depan.
“Ia menjijikkan, ia keji”, kata pemrotes Cathy Pierce.
"Berapa lagi singa yang masih hidup? Apakah kamu harus membunuh semuanya? Itu salah. Samasekali salah,” tambahnya.
Palmer membunuh singa bersurai hitam yang langka pada bulan Juli, yang terkenal dengan nama akrab Cecil. Singa itu dipasangi sistem pelacak posisi atau GPS di lehernya dan merupakan bagian dari proyek penelitian Oxford University.
Cecil adalah singa terkenal yang menjadi kebanggaan Taman Nasional Hwange.
Dalam sebuah wawancara hari Minggu yang dilakukan bersama oleh harian Star Tribune Minneapolis dan kantor berita Associated Press, Palmer mengatakan, ia dan pemburu lain dalam timnya tidak mengetahui bahwa singa itu adalah singa Cecil yang terkenal itu.
“Kalau saya tahu singa itu terkenal dan penting bagi negara atau untuk penelitian, jelas saya tidak akan membunuhnya”, katanya. “Tidak seorang pun dari tim berburu saya mengetahui nama singa itu, sebelum atau sesaat setelah membunuhnya”.
Ia mengatakan, cobaan ini sangat berat, terutama bagi istri dan anaknya.
Dokter gigi berusia 55 tahun itu mengatakan ia akan mematuhi permintaan untuk kembali ke Zimbabwe guna menghadapi reaksi hukum dari perburuan itu. Para pejabat Zimbabwe mengatakan bulan Juli bahwa pihaknya akan meminta ekstradisi, tetapi belum ada tuduhan yang diajukan terhadap Walter Palmer.