Tautan-tautan Akses

PBB: Lindungi Warga Sipil di Tigray


Pengungsi Etiopia di wilayah Qadarif, timur Sudan, 16 November 2020. (Foto: AP)
Pengungsi Etiopia di wilayah Qadarif, timur Sudan, 16 November 2020. (Foto: AP)

PBB, Selasa (17/11), menyerukan perlindungan bagi warga sipil di Tigray ketika Perdana Menteri Etiopia Abiy Ahmed menyatakan bahwa “operasi militer yang final dan krusial” akan dilancarkan dalam beberapa hari mendatang terhadap pemberontak anti-pemerintah di kawasan Tigray.

PBB memperingatkan “krisis kemanusiaan berskala penuh” seiring mulai kelaparannya orang-orang yang melarikan diri dari Tigray.

Kedutaan Besar Amerika di Etiopia mengingatkan warga Amerika Serikat yang masih berada di kawasan Tigray agar “mereka yang tidak dapat meninggalkan tempat itu secara aman, disarankan berlindung.”

Lebih dari seribu warga asing dari beragam negara diperkirakan terjebak di Tigray.

Sekitar 4.000 pengungsi datang setiap hari, sebuah tingkat yang “sangat cepat,” ujar juru bicara Badan PBB Urusan Pengungsi UNHCR Babar Baloch kepada wartawan di Jenewa.

Tigray terputus dari dunia seiring ditutupnya jalan dan bandara, sementara pasokan makanan, bensin dan peralatan medis pun kini sangat sedikit.

“Mitra-mitra kami mengingatkan bahwa pasokan itu akan segera habis, sehingga jutaan warga berisiko mengalami kelangkaan pangan dan penyakit,” ujar juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric.

Negara-negara tetangga Ethiopia, antara lain Uganda dan Kenya, telah menyerukan resolusi damai. Namun, pemerintahan Perdana Menteri Abiy Ahmed tetap menilai pemerintah regional Tigray ilegal setelah menggelar pemilu lokal September lalu. Pemerintah regional Tigray menentang penangguhan pemilu nasional hingga tahun depan karena pandemi Covid-19 dan menilai justru pemerintahan federal pimpinan Abiy Ahmed ilegal dengan mengatakan mandatnya telah berakhir. [em/pp]

XS
SM
MD
LG