Tautan-tautan Akses

PBB Desak Bangladesh Percepat Proses Registrasi Pengungsi Baru Rohingya


Ribuan pengungsi Rohingya yang baru saja tiba di Palang Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).
Ribuan pengungsi Rohingya yang baru saja tiba di Palang Khali, Bangladesh, Selasa (17/10).

Badan pengungsi PBB mengimbau pihak berwenang Bangladesh agar mempercepat proses registrasi sekitar 15 ribu pengungsi Rohingya yang terdampar di perbatasan negara itu dengan Myanmar. Lebih dari setengah juta warga Rohingya yang lari menghindari kekerasan di Myanmar dalam beberapa pekan belakangan ini telah berada di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh, kebanyakan berada di kamp-kamp tak terdaftar, di mana makanan, tempat tinggal, air minum dan sanitasi langka.

Rekaman terbaru dari udara yang disiapkan PBB memperlihatkan ribuan orang Rohingya berjalan kaki dari Myanmar menuju Bangladesh. Hari Senin lalu, sebuah perahu yang penuh sesak dengan pengungsi terbalik di Teluk Benggala, menewaskan 12 orang, termasuk anak-anak. Mereka dikuburkan di dekat sebuah desa nelayan Bangladesh. Mereka yang berhasil menyeberangi perbatasan tampak kelelahan, mengalami dehidrasi dan kelaparan.

Kecelakaan perahu telah menewaskan sedikitnya 184 warga desa Rohingya yang berusaha mencapai Bangladesh sejak akhir Agustus, sewaktu serangan terpadu pemberontak Rohingya di negara bagian Rakhine memicu penindakan keras oleh militer terhadap desa-desa Rohingya.

Kekerasan telah memaksa lebih dari 530 ribu Muslim Rohingya meninggalkan rumah dan bisnis mereka dengan sedikit harapan mereka dapat kembali.

Gelombang baru sekitar 15 ribu pengungsi terdampar di perbatasan Myanmar-Bangladesh hari Selasa, sehingga mendorong para pejabat PBB menyerukan agar mereka segera masuk ke daerah-daerah yang lebih aman.

Seruan UNICEF itu disampaikan bersamaan dengan kunjungan seorang pejabat PBB ke Myanmar untuk membahas prospek memulihkan perdamaian di negara bagian Rakhine agar para pengungsi dapat kembali ke rumah mereka.

Penasihat Negara Myanmar, Aung San Suu Kyi telah mendapat kecaman global karena tidak menyatakan sikap lebih bersimpati pada penderitaan Muslim Rohingya yang dianggap sebagai imigran gelap di negara berpenduduk mayoritas Buddhis itu. Liga Nasional bagi Demokrasi yang dipimpinnya membantu menyelenggarakan sebuah pertemuan lintas agama di kota pesisir Yangon hari Selasa (18/10), untuk menunjukkan dukungan bagi peraih Hadiah Nobel Perdamaian itu serta solidaritas di kalangan berbagai kelompok agama di Myanmar. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG