Tautan-tautan Akses

Pascaledakan Beirut, Hizbullah Pertimbangkan Sejumlah Opsi Keberlangsungan


Mobil-mobil yang hancur akibat ledakan dahsyat di Beirut pada 4 Agustus masih tampak di lokasi ledakan, yang membunuh ratusan orang, Beirut, Lebanon, 17 Agustus 2020.
Mobil-mobil yang hancur akibat ledakan dahsyat di Beirut pada 4 Agustus masih tampak di lokasi ledakan, yang membunuh ratusan orang, Beirut, Lebanon, 17 Agustus 2020.

Ledakan amonium nitrat di Beirut pada bulan ini telah menyulut kemarahan publik terhadap Hizbullah. Beberapa pengamat Lebanon memprediksi kelompok itu akan memiliki masa depan suram pascaledakan mematikan itu.

Ledakan di pelabuhan akibat meledaknya amonium nitrat seberat 2.750 ton pada 4 Agustus menewaskan lebih dari 200 orang dan mencederai ribuan lainnya.

Pemerintah yang didukung Hizbullah mengundurkan diri dan demonstrasi massal menuntut reformasi di dalam tubuh pemerintah.

Pakar mengatakan, Hizbullah kini menghadapi tantangan besar untuk melindungi pengaruhnya dan membentuk pemerintah masa depan karena sebagian besar demonstran menilai Hizbullah adalah hambatan utama dalam memberantas korupsi di dalam sistem politik negara itu.

“Hizbullah tidak mau memerintah negara ini dan mereka tidak ingin Lebanon ambruk dalam kekacauan. Mereka harus menggunakan kemampuan mereka untuk terlibat baik dengan pemrotes dan elit yang sectarian. Ini merupakan tantangan yang belum pernah mereka hadapi," kata Rami Khour, peneliti kebijakan public senior dan profesor jurnalisme di American University di Beirut, kepada VOA.

Dia menambahkan bahwa banyak rakyat di Lebanon telah mengecam Hizbullah secara terbuka di masa lalu, tetapi jarang menuntut pengunduran diri pemimpinnya, Hassan Nasrallah.

Namun setelah ledakan ini, pemrotes menuntut keadilan dan penyelidikan yang transparan, mereka memasang tiang gantungan dengan boneka kertas yang menggambarkan pemimpin Lebanon, termasuk Nasrallah.

Beberapa berita lokal mengklaim ledakan di pelabuhan berasal dari gudang senjata milik Hizbullah, yang didukung oleh Iran. Nasrallah membantah tuduhan itu, dan menyebutnya sebuah “ketidak adilan yang luar biasa.”

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, penyelidikan pemerintah atas ledakan itu belum menetapkan sebabnya dan menolak tuduhan bahwa Hizbullah bertanggung jawab atas ledakan itu. [jm/ah]

XS
SM
MD
LG