Tautan-tautan Akses

Obama: Perang AS Lawan Teror Bukan Perang Lawan Islam


Presiden AS Barack Obama Minggu (6/12) menegaskan bahwa perang antara Amerika melawan teror bukanlah perang melawan Islam.
Presiden AS Barack Obama Minggu (6/12) menegaskan bahwa perang antara Amerika melawan teror bukanlah perang melawan Islam.

Presiden AS Barack Obama Minggu (6/12) mengingatkan agar jangan membiarkan upaya melawan teror didefinisikan sebagai perang antara Amerika melawan Islam.

Presiden Amerika Barack Obama menegaskan agar perang melawan teror tidak membuat warga Amerika menjadi saling menyerang satu sama lain.

“Jangan biarkan upaya melawan teror ini didefinisikan sebagai perang antara Amerika melawan Islam. Ini adalah yang diinginkan ISIS. ISIS tidak mewakili Islam. Mereka adalah penjahat dan pembunuh yang kejam,” tegas Obama.

Lebih jauh disampaikannya bahwa mayoritas korban ISIS di seluruh dunia justru warga Muslim”.

Presiden Obama menyampaikan pidato dari ruang Oval Gedung Putih Minggu malam (6/12) yang disiarkan secara langsung oleh televisi-televisi nasional.

Dalam pidato selama 13 menit itu Presiden Obama secara garis besar meyakinkan warga bahwa pemerintahannya telah melakukan apapun untuk melindungi warga dari teroris dan sekaligus mengalahkan kelompok ISIS pasca serangan di Paris dan California.

Di awal pidato Presiden Obama menjelaskan bagaimana setelah serangan 11 September 2001, aksi teroris kini sudah berkembang ke tahap baru. Teroris kini beralih ke aksi kekerasan yang lebih sederhana seperti penembakan massal yang semakin sulit untuk dicegah dan digagalkan. Ia menyebut beberapa contoh seperti penembakan di Fort Hood – Texas hingga di San Bernardino, California.

Khusus tentang penembakan di San Bernardino, Obama mengatakan tim penyelidik FBI masih mempelajari rincian serangan itu, namun jelas kedua pembunuh di San Bernardino, California telah “teradikalisasi”.

Presiden Obama dengan tegas menyebut penembakan di pusat latihan bagi gangguan mental Kamis lalu (3/12) sebagai “tindakan teroris yang dirancang untuk membunuh orang-orang tidak berdosa”, tetapi menambahkan belum ada bukti bahwa kedua pembunuh itu diperintahkan oleh organisasi teroris di luar negeri atau merupakan bagian dari jaringan yang lebih luas di dalam Amerika.

Presiden Obama mengatakan telah memerintahkan Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk mengkaji ulang program pembebasan visa, yang sempat dimanfaatkan Tashfeen Malik – salah seorang penembak yang juga istri penembak Syed Rizwan Farook – untuk masuk ke Amerika.

Obama kembali menyerukan warga Muslim-Amerika untuk menjadi mitra utama dalam perang melawan ISIS. Warga Muslim – ujar Obama – bisa mengirim pesan yang kredibel dan efektif untuk melawan dan menentang propaganda jihadis. Diakuinya bahwa ideologi ekstrimis telah menyebar juga ke dalam beberapa komunitas Muslim.

“Warga Muslim sendiri yang harus menghadapinya tanpa terkecuali,” tegas Obama.

Dan ketika warga Muslim memenuhi tanggungjawabnya melawan radikalisasi tersebut – ujar Obama – merupakan tanggungjawab seluruh warga Amerika untuk menolak diskriminasi.

“Merupakan tanggungjawab kita untuk menolak usulan supaya memperlakukan warga Muslim secara berbeda,” tambah Obama.

Presiden Obama untuk kesekian kalinya menyerukan aturan kepemilikan senjata yang lebih ketat. Obama kembali menyerukan Kongres untuk melarang orang-orang yang ada dalam daftar larangan terbang untuk membeli senjata. “Upaya pembelian senjata serbu seperti yang dipergunakan dalam penembakan di San Bernardino juga harus dipersulit”, ujar Obama.

Di bagian akhir pidatonya, Presiden Obama mengingatkan warga Amerika untuk tidak melupakan hal-hal yang membuat Amerika menjadi luar biasa.

“Jangan lupakan bahwa kebebasan lebih kuat dari rasa takut. Dan bagaimana kita berhasil mengalahkan tantangan baik dalam perang, depresi, bencana alam atau serangan teror dengan tampil sebagai satu bangsa," tegas Obama mengakhiri pidatonya. [em]

XS
SM
MD
LG