Tautan-tautan Akses

Obama Imbau Kongres AS Bersabar dalam Perjanjian Nuklir Iran


Health workers take part in a HIV awareness walk to mark the World AIDS Day in Colombo, Sri Lanka, Dec. 1, 2016.
Health workers take part in a HIV awareness walk to mark the World AIDS Day in Colombo, Sri Lanka, Dec. 1, 2016.

Presiden Barack Obama meminta perselisihan atas perundingan nuklir Iran segera dihentikan agar tercapai kesepakatan.

Presiden AS Barack Obama hari Sabtu (11/4) mengatakan perselisihan partisan atas perundingan nuklir Iran dan hal-hal kebijakan luar negeri lainnya telah bergulir terlalu jauh.

"Ini perlu dihentikan," ujar Obama dalam jumpa pers penutupan KTT Amerika di Panama.

Ia mengatakan ketika mendengar beberapa anggota Kongres, seperti Senator faksi Republik John McCain mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri John Kerry "tampaknya kurang bisa dipercaya dalam menjelaskan kesepakatan politik itu dibanding pemimpin tertinggi Iran, maka ini merupakan indikasi tingkat keberpihakan telah melampaui semua batas."

"Kami melihat ini dengan surat yang dikirim ke-47 senator, yang berkomunikasi langsung dengan pemimpin tertinggi Iran, tokoh yang menurut mereka tidak bisa dipercaya sama sekali, dengan memperingatkannya untuk tidak mempercayai pemerintah Amerika," tambah Obama.

Presiden Obama mengatakan masih "benar-benar positif" melihat kerangka kerja perjanjian merupakan cara terbaik mencegah Iran memproduksi senjata nuklir. Dan ia menambahkan jika negosiasi akhir tidak menghasilkan kesepakatan yang cukup tegas, AS dapat mundur dari perjanjia itu.

Ia mengatakan bukannya berusaha mencapai kesepakatan nuklir yang lebih baik, kecaman dari faksi Republik tampaknya hendak menggagalkan perjanjian tersebut.

Senator McCain pekan lalu mengatakan pernyataan pemimpin tertinggi Iran Ayatolah Khamenei menunjukan bahwa pemerintahan Iran dan Obama memiliki isi perjanjian yang berbeda.

McCain menyebut pernyataan Khamenei bahwa Iran tidak akan mengizinkan inspeksi tidak terbatas yang merupakan "kemunduran besar," ditambahkan bahwa adalah Khamenei, dan bukan Presiden Hassan Rouhani atau Menlu Iran Javad Zarif, yang benar-benar memutuskan kebijakan di Iran.

Komisi Hubungan Luar Negeri Senat AS hari Selasa (14/4) dijadwalkan akan membahas dan melakukan pemungutan suara tentang amandemen UU yang akan memberi Kongres wewenang dalam keputusan perjanjian nuklir.

Iran dan negara-negara Barat memiliki batas waktu hingga 30 Juni untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mereka, meskipun Ayatollah Khamenei hari Kamis mengatakan, jika batas waktu diperpanjang bukan berarti “kiamat.”

Iran dan enam negara besar dunia mencapai kesepakatan kerangka kerja awal bulan ini. AS dan Iran, masing-masing merilis interpretasi butir-butir terkait perjanjian kerangka kerja itu, karena para pejabat mengatakan mereka belum bisa sepakat dalam dokumen yang komprehensif.

Pemerintah AS dan banyak sekutunya yakin program nuklir Iran bertujuan memproduksi senjata, meskipun Iran menegaskan program ini bertujuan penyediaan energi bagi masyarakat sipil.

XS
SM
MD
LG