Tautan-tautan Akses

Museum Inggris Pulihkan Artefak Kaca yang Hancur akibat Ledakan di Beirut


Seorang pengrajin kayu tengah memperbaiki sebuah jendela kaca yang hancur akibat ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus 2020, dalam sebuah loka karya di Desa Bsous, Lebanon, pada 28 Juni 2021. (Foto: AP/Hussein Malla)
Seorang pengrajin kayu tengah memperbaiki sebuah jendela kaca yang hancur akibat ledakan di pelabuhan Beirut pada Agustus 2020, dalam sebuah loka karya di Desa Bsous, Lebanon, pada 28 Juni 2021. (Foto: AP/Hussein Malla)

Dalam tiga bulan, tim konservator di Museum Inggris memulihkan delapan artefak kaca yang hancur dalam ledakan di Pelabuhan Beirut dua tahun lalu. Artefak-artefak itu kembali dipajang di museum London sebelum dikembalikan ke Lebanon.

Ketika terjadi ledakan di Pelabuhan Beirut pada 2020, kotak pajangan artefak-artefak kuno di Museum Arkeologi American University di Beirut (AUB) jatuh dan terbalik. Padahal, museum tersebut berjarak sekitar tiga kilometer dari pelabuhan.

Bejana-bejana kaca di dalam kotak pajangan itu hancur menjadi ribuan keping. Tetapi, kepingan-kepingan itu akhirnya disatukan kembali di British Museum London. Setelah tiga bulan bekerja, delapan dari bejana-bejana itu kini berhasil dipulihkan.

Dr. Duygu Camurcuoglu adalah konservator utama proyek bejana kaca Beirut. Camurcuoglu merupakan seorang konservator senior objek anorganik di Museum Inggris.

"Menyusul kerja sama antara AUB dan Museum Inggris, tim di sana memutuskan bahwa delapan bejana ini adalah yang paling dapat direkonstruksi, dapat dilestarikan dan juga bisa dibawa ke London. Jadi, mereka cukup kuat. Kepingan-kepingan itu cukup kuat untuk benar-benar melakukan perjalanan ke London, ke Museum Inggris, walaupun perjalanan itu cukup menantang," ujar Camurcuoglu.

Ketika kotak pajangan itu jatuh ke lantai, kepingan bejana kaca kuno itu bercampur dengan pecahan rak kaca serta kaca dari lampu sorot di dalamnya. Tanpa menyentuhnya, tim konservator pertama-tama memotretnya untuk menjelaskan semua kepingan yang sangat kompleks itu dalam tiga dimensi.

Begitu sampai di London, kepingan-kepingan itu disatukan lagi, dan mulai menemukan bentuk aslinya.

Tidak ada lem super yang digunakan. Tim itu menggunakan perekat yang telah teruji dalam konservasi, yang disebut Paraloid B72. Lem tersebut sangat tahan lama dan tidak berubah menjadi kuning seiring berjalannya waktu.

Dari delapan bejana, lima berasal dari periode Romawi, dua dari periode Bizantium, dan satu dari periode Islam. Menurut Camurcuoglu, barang-barang itu adalah contoh awal teknik meniup kaca. Jadi, bagi tim peneliti, memiliki akses ke barang-barang berharga itu adalah kesempatan langka untuk mempelajari lapisan dalam kaca kuno — dan belajar darinya.

Museum Inggris pulihkan artefak kaca yang hancur akibat ledakan di Beirut
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:23 0:00

Satu bejana kaca secara khusus menarik minat tim itu. Bejana tersebut berupa tempat air minum dari awal periode Islam, dari tahun 700-1000 masehi. Peneliti mendapati teknik yang disebut pewarnaan perak digunakan untuk mengubah warna bejana itu. Tetapi yang belum diketahui ilmuwan adalah mengapa bahan karbon tidak dibersihkan dari permukaan bagian atas botol untuk mengungkapkan warnanya.

Terdapat 18 bejana lagi untuk dilestarikan di Museum Arkeologi AUB, 46 di antaranya masih harus disatukan kembali.

Pameran "Shattered glass of Beirut" akan berlangsung hingga 23 Oktober di London. Setelah itu, barang-barang kuno itu akan dikembalikan ke Lebanon. [ka/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG