Tautan-tautan Akses

Mendagri: Pilkada Serentak Bisa Belajar Dari Negara Lain


Seorang warga Sleman, DI Yogyakarta menempelkan stiker tanda akurasi data pemilih. Sleman menjadi salah satu kabupaten yang melaksanakan PIlkada 2020. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)
Seorang warga Sleman, DI Yogyakarta menempelkan stiker tanda akurasi data pemilih. Sleman menjadi salah satu kabupaten yang melaksanakan PIlkada 2020. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah bisa belajar dari pemilihan di luar negeri, seperti Korea Selatan.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan sejumlah negara tetap menggelar pemilihan umum di tengah pandemi virus corona. Antara lain Korea Selatan, Jerman dan Perancis.

Kata Tito, Korea Selatan merupakan salah satu negara yang berhasil melakukan pemilihan umum. Sebab tidak ada klaster baru setelah pemilihan dan tingkat partisipasi pemilih merupakan yang tertinggi sejak 1962, yakni 66 persen. Karena itu, menurutnya, Indonesia dapat belajar dari negara-negara lain yang telah menggelar pemilihan untuk pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2020.

"Karena Covid-19 melanda semua hajat hidup orang. Semua orang terdampak baik karena kesehatan, takut tertular atau dampak sosial ekonomi seperti PHK dan lain-lain. Maka mereka ingin ada pemerintahan yang kuat yang bisa mengatasi Covid-19," jelas Tito saat Pengarahan Gugus Tugas Covid-19 di Provinsi Kalimantan Tengah yang ditayangkan online pada Minggu (19/7/2020).

Tito menambahkan keberhasilan negara lain dalam pemilihan ini merupakan satu dari alasan pemerintah memutuskan menggelar pilkada serentak pada Desember tahun ini.

Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian Tito saat Pengarahan Gugus Tugas Covid-19 di Provinsi Kalimantan Tengah yang ditayangkan online pada Minggu, 19 Juli 2020. (Foto: Screengrab)
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian Tito saat Pengarahan Gugus Tugas Covid-19 di Provinsi Kalimantan Tengah yang ditayangkan online pada Minggu, 19 Juli 2020. (Foto: Screengrab)

Alasan lainnya, kata dia, yaitu belum jelasnya waktu pandemi corona ini berakhir di indonesia. Termasuk jika nanti telah ditemukan vaksin, masih dibutuhkan waktu untuk memproduksi vaksin dalam jumlah yang besar untuk masyarakat dan distribusi vaksin ke semua wilayah.

"Dua ratus enam puluh juta jiwa, idealnya yang belum pernah positif harus divaksin. Kalau mau ambil minimal maka 2/3 dari populasi. Artinya kita membutuhkan 170 juta warga negara Indonesia harus divaksinasi. Diperlukan dua ampul, maka diperlukan 340 juta ampul," tambah Tito.

Ikuti Protokol Kesehatan

Kendati demikian, Tito mengingatkan agar pelaksanaan pilkada serentak 2020 tetap memperhatikan protokol pencegahan penularan virus corona dalam semua tahapan. Antara lain tidak menghadirkan massa dengan jumlah lebih dari 50 orang pada saat kampanye atau rapat umum.

Mendagri: Pilkada Serentak Bisa Belajar dari Negara Lain
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:02:30 0:00

Ia juga berharap peserta pilkada serentak dapat melakukan cara-cara yang kreatif. Misalnya, dengan membagikan masker sesuai nomor urut pilihan.

"Kalau satu kontestan saja membagi 100 ribu masker saya sudah hitung berarti 54 juta masker, luar biasa. Itu hand sanitizer, dia bagi juga, misalnya 50ribu, dibagikan ini, 2 alat utama."

Partisipasi Pemilih Turun Saat Pandemi

Sementara itu Direktur Eksekutif Perludem Titi Anggraini mengatakan tren global tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan umum menurun. Hal tersebut seperti yang terjadi Iran, Mali, Perancis dan Queensland (Australia).

Para pemilih di Korea Selatan mengenakan masker dan antre di tempat pemungutan suara yang digelar di tengah pandemi virus corona, 15 April 2020. (Foto: Reuters)
Para pemilih di Korea Selatan mengenakan masker dan antre di tempat pemungutan suara yang digelar di tengah pandemi virus corona, 15 April 2020. (Foto: Reuters)

Sementara yang tingkat partisipasinya meningkat hanya ada dua negara yakni Korea Selatan dan Jerman. Itupun, karena kata dia, usia pemilih di Korea Selatan diturunkan dari 19 tahun menjadi 18 tahun, sedangkan di Jerman pemberian suaranya melalui pos.

"Datanya Internasional IDEA turun sekitar 5-10 persen. Tapi di situlah kita harus mengantisipasi supaya tidak terjadi penurunan angka pengguna hak pilih. Karena kita sudah belajar dari negara lain yang melakukan pemilu atau referendum di tengah pandemi," jelas Titi kepada VOA, Minggu (19/7/2020).

Direktur Perludem Titi Anggraini. (Foto: Titi Anggraini/Pribadi)
Direktur Perludem Titi Anggraini. (Foto: Titi Anggraini/Pribadi)

Titi juga berharap penyelenggara pemilu dapat mengajak partisipasi pemilih di semua tahapan Pilkada Serentak 2020, tidak hanya saat pencoblosan suara. Semisal saat tahapan pencocokan data pemilih yang juga dapat berpengaruh pada tingkat partisipasi pemilih. Selain itu, ia juga mendorong partai politik agar menunjuk calon yang berkualitas atau tidak mengajukan calon tunggal untuk memotivasi orang untuk memilih.

"Kalau kualitas kandidat tidak meyakinkan ini agak susah membuat pemilih datang ke TPS. Apalagi kalau suatu daerah bercalon tunggal, yang biasanya masyarakat sudah skeptis dulu terhadap kompetisi yang berlangsung," imbuhnya.

Perppu Pilkada Diteken

Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota. Perppu ini merupakan payung hukum penundaan pilkada serentak yang akan digelar di 270 daerah dari September ke Desember 2020 karena wabah corona. Namun, Perludem berharap Pilkada Serentak 2020 ditunda ke 2021 supaya masyarakat dapat lebih beradaptasi atas protokol kelaziman baru atau new normal.
[sm/em]

Recommended

XS
SM
MD
LG