Tautan-tautan Akses

Malala Pulang ke Kampung Halamannya


Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Pakistan Malala Yousafzai (dua dari kanan), foto bersama anggota keluarganya dan Menteri Informasi Pakistan Marriyum Aurangzeb (kanan), di rumah asalnya selama kunjungan ke Mingora, kota utama Pakistan Swat Valley, Sabtu, 31 Maret 2018.
Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Pakistan Malala Yousafzai (dua dari kanan), foto bersama anggota keluarganya dan Menteri Informasi Pakistan Marriyum Aurangzeb (kanan), di rumah asalnya selama kunjungan ke Mingora, kota utama Pakistan Swat Valley, Sabtu, 31 Maret 2018.

Malala Yousafzai, yang kepalanya ditembak oleh Taliban ketika ia berusia 14 tahun karena dia berkampanye untuk hak anak perempuan memperoleh pendidikan, telah pulang ke kampung halamannya di Mingora, Swat Valley, Pakistan.

Dia pulang ke Mingora hari Sabtu (31/3) sebagai orang yang paling muda pernah memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, yang diraihnya sebagai penghargaan atas perjuangannya membela hak anak perempuan memperoleh pendidikan.

Malala tiba di Pakistan hari Kamis dan bertemu dengan Perdana Menteri Shaid Khaqan Abbasi, hanya beberapa jam setelah mendarat di Islamabad. Dia mengatakan dalam pidato televisinya bahwa dia sudah rindu untuk pulang ke Pakistan. Dia mengatakan dia sangat bergembira.

“Kami sangat bergembira Malala datang ke Pakistan,” kata anak kelas III SD, Arfa Akhtar, kepada Reuters. “Saya juga Malala. Saya bersama Malala dalam misi ini.”

Namun, tidak semua orang menyambut kedatangan perempuan muda itu ke tanah kelahirannya.

Di Lahore, bagian timur Pakistan, para siswa dari sekelompok sekolah swasta melancarkan demonstrasi menentang Malala dan berseru “saya tidak mendukung Malala.” Kashif Mirza, aktivis protes itu, mengatakan puluhan sekolah swasta turut dalam demonstrasi itu dan para guru mengatakan kepada siswa bahwa Malala tidak mewakili Pakistan karena dia mencemarkan Pakistan dan Islam ketika ia pergi ke luar negeri.

Ketika Malala pulang dari sekolah bulan Oktober tahun 2012, orang-orang bersenjata mencegat van sekolahnya dan menembak Malala pada kepalanya.

Anak perempuan itu menderita beberapa cedera tulang kepala dan setelah memperoleh perawatan darurat di rumah sakit tentara Pakistan, dia diterbangkan ke Inggris untuk menjalani pembedahan.

Taliban Pakistan yang terlarang mengaku bertanggung jawab merencanakan serangan itu dan berjanji akan menyerangnya lagi. Taliban membenarkan tindakannya dengan menuduh Malala mempromosikan kebudayaan barat.

Sejak itu, Malala telah tinggal di Inggris dan kuliah di Universitas Oxford. Dia adalah salah seorang pendiri Dana Malala untuk membantu anak-anak perempuan memperoleh pendidikan sekolah menengah di negara-negara yang dilanda konflik, termasuk Suriah, Kenya, Nigeria, Yordania dan Pakistan. [gp]

Recommended

XS
SM
MD
LG