Tautan-tautan Akses

Kunjungan Anggota Parlemen Jepang ke Kuil Kontroversial Tuai Kritik China dan Korsel


Seorang pendeta Shinto menemani sekelompok anggota parlemen Jepang saat mereka mengunjungi kuil Yasukuni untuk memberi penghormatan kepada korban perang negara itu di Tokyo, Jepang, 7 Desember 2021. (Kyodo/via REUTERS)
Seorang pendeta Shinto menemani sekelompok anggota parlemen Jepang saat mereka mengunjungi kuil Yasukuni untuk memberi penghormatan kepada korban perang negara itu di Tokyo, Jepang, 7 Desember 2021. (Kyodo/via REUTERS)

Sekitar 100 anggota parlemen Jepang, Selasa (7/12) mengunjungi kuil yang kontroversial di Tokyo untuk menghormati korban perangnya, sehingga menuai kritik dari China dan Korea Selatan.

Kunjungan ke Kuil Yasukuni terjadi 80 tahun setelah serangan mendadak Jepang di pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbor di Honolulu, Hawaii.

Sejumlah anggota parlemen dari beberapa partai politik, didampingi oleh sembilan wakil menteri beserta staf mereka dari partai konservatif Perdana Menteri Fumio Kishida yang berkuasa.

Kuil itu dipandang China dan Korea Selatan sebagai representasi agresi militer Jepang di masa lalu karena memberikan penghormatan kepada 2,5 juta korban perang, termasuk 14 pemimpin Jepang Perang Dunia Kedua yang dihukum sebagai penjahat perang.

Secara tradisional, kelompok anggota parlemen mengunjungi kuil saat festival musim semi dan musim gugur sekaligus memperingati penyerahan Jepang pada 15 Agustus. Kunjungan itu tertunda sejak Oktober 2019 karena pandemi virus corona.

Pengunjung berdoa di Kuil Yasukuni menjelang peringatan penyerahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua di Tokyo, Jepang, 14 Agustus 2019. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)
Pengunjung berdoa di Kuil Yasukuni menjelang peringatan penyerahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua di Tokyo, Jepang, 14 Agustus 2019. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan menyatakan "penyesalan dan keprihatinan yang mendalam atas kunjungan ke Kuil Yasukuni, yang mengagungkan invasi kolonial dan agresi dalam perang."

"Sekali lagi, kami tegaskan komunitas internasional dapat mempercayai Jepang kalau mempertanggung-jawabkan sejarah dengan benar sekaligus merefleksikan secara rendah hati masa lalunya dan penyesalan yang tulus melalui tindakan," kata pernyataan itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan kunjungan itu adalah suatu "langkah dan provokasi yang disengaja" yang "sekali lagi menunjukkan sikap salah Jepang dalam sejarah agresi." [mg/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG