Tautan-tautan Akses

KTT Jepang-Korsel Dalam Ketidakpastian Setelah Pernyataan Diplomat Jepang


Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga di Gedung Biru Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 24 September 2020. (Foto: AP)
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga di Gedung Biru Kepresidenan di Seoul, Korea Selatan, 24 September 2020. (Foto: AP)

Kemungkinan pertemuan puncak antara PM Jepang Yoshihide Suga dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in akhir pekan ini di Tokyo berada dalam ketidakpastian setelah seorang diplomat Jepang mengeluarkan pernyataan tidak pantas mengenai pemimpin Korea Selatan itu.

Surat kabar Jepang Yomiuri pada hari Senin (19/7) melaporkan bahwa kedua pemimpin itu akan bertemu hari Jumat di ibu kota Jepang, bersamaan dengan kehadiran presiden Moon dalam upacara pembukaan Olimpiade Tokyo.

Namun sebuah pernyataan yang dilansir Gedung Biru, kantor dan kediaman resmi Presiden Korea Selatan, menunjukkan bahwa pertemuan itu diragukan terjadi karena adanya “hambatan” dalam diskusi akhir. Ini tampaknya merujuk pada komentar seorang diplomat tingkat tinggi di kedutaan besar Jepang di Seoul.

Diplomat itu, yang diidentifikasi kantor berita Korea Selatan Yonhap sebagai Wakil Duta Besar Hirohisa Soma, dilaporkan membandingkan upaya-upaya Moon untuk meningkatkan hubungan dengan Seoul dengan pemuasan kesenangan seksual sendiri, dalam wawancaranya dengan seorang wartawan lokal.

Hubungan antara kedua negara bertetangga di Asia Timur ini semakin sengit dalam beberapa tahun belakangan karena kemarahan lama Korea Selatan atas pendudukan kolonial Jepang yang kejam di Semenanjung Korea dari tahun 1910-1945. Banyak perempuan Korea yang dipaksa bekerja di rumah-rumah bordil militer Jepang semasa perang sebagai “perempuan penghibur,” sementara ribuan orang Korea dipaksa bekerja di pabrik-pabrik Jepang pada waktu itu.

Beberapa “perempuan penghibur” yang masih hidup telah mengajukan gugatan hukum di Korea Selatan untuk meminta ganti rugi dari Jepang atas penderitaan mereka, dengan hasil beragam. Tokyo bersikukuh menyatakan telah menyelesaikan isu itu berdasarkan perjanjian 1965 yang menormalisasi hubungan bilateral dengan Seoul, yang mencakup pampasan 800 juta dolar, selain kesepakatan terpisah yang dicapai pada tahun 2015. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG