Tautan-tautan Akses

Komite DPR AS Soroti Penderitaan Warga Uyghur yang Ditahan di Kamp-Kamp Pendidikan Ulang Xinjiang


Anggota dari Asosiasi Uyghur Amerika Serikat menggelar aksi di depan Gedung Putih, Washington, pada 1 Oktober 2020. (Foto: AP/Jacquelyn Martin)
Anggota dari Asosiasi Uyghur Amerika Serikat menggelar aksi di depan Gedung Putih, Washington, pada 1 Oktober 2020. (Foto: AP/Jacquelyn Martin)

Dua perempuan yang sempat tinggal di kamp “pendidikan ulang” bagi warga Uyghur di China menceritakan kepada Kongres AS pada hari Kamis (23/3) kehidupan yang mereka jalani di bawah penahanan dan pengawasan, serta pemerkosaan dan penyiksaan, saat komite khusus DPR AS yang berfokus melawan China menyoroti pelanggaran HAM di negara itu.

Qelbinur Sidik, anggota masyarakat etnis minoritas Uzbek di China yang dipaksa mengajar bahasa Mandarin di fasilitas tahanan terpisah bagi laki-laki dan perempuan Uyghur, menceritakan kepada kongres tentang para tahanan laki-laki Uyghur yang dirantai dan dibelenggu di dalam penjara yang kecil sampai-sampai mereka harus merangkak keluar saat petugas memanggil mereka. “Mereka dipanggil dengan nomor untuk diinterogasi. Dan kemudian Anda akan mendengar jeritan mengerikan dari aksi penyiksaan,” ungkapnya.

Ribuan perempuan Uyghur juga ditahan dengan kepala yang dibotaki, mengenakan seragam berwarna abu-abu, kata Sidik.

Para penjaga menyiksa tahanan perempuan dengan alat kejut listrik dan melakukan pemerkosaan beramai-ramai – kadang melakukan keduanya secara bersamaan.

Kamp-kamp pendidikan ulang yang didirikan untuk menghapus bahasa, keyakinan agama dan budaya mereka sebagai bangsa Uyghur memaksa laki-laki dan perempuan menjalani “pelajaran cuci otak selama 11 jam setiap hari,” kata Gulbahar Haitiwaji, seorang Uyghur yang tinggal selama lebih dari dua tahun di dua kamp pendidikan ulang dan kantor polisi.

“Sebelum makan, kami harus menyanjung mereka, mengatakan bahwa kami bersyukur atas Partai Komunis Chinadan bersyukur atas (Presiden) Xi Jinping,” kata Haitiwaji. “Dan setelah selesai makan, kami harus menyanjung mereka lagi.”

Dituduh menderita “gangguan” dan ditahan bersama 30 sampai 40 orang lain di dalam sebuah sel yang seharusnya hanya diisi sembilan orang, ia dan tahanan perempuan lainnya dirantai ke ranjang mereka selama 20 hari berturut-turut pada suatu kesempatan.

Penahanan itu membuatnya kurus.

Sebelum dibebaskan dan dibawa ke Prancis berkat tekanan keluarganya yang berada di sana pada 2019, ia diberi lebih banyak makanan oleh pihak berwenang China agar penampilannya tidak menggambarkan perlakuan buruk yang diterimanya.

Saat dilepaskan, pejabat China memperingatkan Haitiwaji bahwa “apa pun yang telah saya saksikan di dalam kamp konsentrasi ini tidak boleh saya bicarakan,” ujarnya. “Apabila saya melakukannya, mereka akan membalas dendam terhadap keluarga saya di kampung.”

Amerika Serikat dan banyak negara lainnya, PBB dan kelompok-kelompok HAM menuduh China menggiring satu juta atau lebih orang Uyghur dan kebanyakan merupakan kelompok etnis minoritas Muslim lainnya ke dalam kamp-kamp penahanan, di mana banyak yang mengaku dianiaya, dilecehkan secara seksual, dan dipaksa meninggalkan bahasa dan agama mereka. China menyangkal semua tuduhan, yang didasarkan pada bukti-bukti, termasuk wawancara dengan para penyintas, foto-foto, serta foto satelit dari provinsi Xinjiang – kampung halaman warga Uyghur yang menjadi pusat utama berbagai pabrik dan peternakan di China barat.

Tuduhan yang dilayangkan kepada China mencakup kebijakan pengendalian reproduksi yang kejam, serta pembatasan seluruh pergerakan orang dan kerja paksa.

“Untuk waktu yang lama, politisi AS telah berulang kali menggunakan isu-isu yang berhubungan dengan Xinjiang untuk membuat desas-desus dan melakukan manipulasi politik dengan dalih hak asasi manusia, dalam upaya untuk menodai citra China dan mengekang pembangunan China,” kata Liu Pengyu, juru bicara Kedutaaan Besar China di Washington.

Tindakan pemerintah China di Xinjiang adalah tindakan untuk “memerangi kekerasan, terorisme, radikalisasi dan separatisme,” katanya menegaskan.

Fokus awal pengamatan terhadap penderitaan warga Uyghur yang dilakukan oleh Komite Seleksi Partai Komunis China adalah untuk menunjukkan sifat asli pemerintah China, kata anggota DPR AS Mike Gallagher dari Wisconsin, yang duduk sebagai ketua komite tersebut.

“Merekalah saksi langsung dari kebrutalan yang sistemik dan tak terbayangkan, saksi dari upaya penghapusan suatu bangsa, budaya dan peradaban,” ungkap Gallagher pada Kamis. [rd/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG