Tautan-tautan Akses

Kelompok Separatis Bertekad Ganggu Pilpres di Ukraina


Para anggota kelompok separatis pro-Rusia siaga di sebuah tempat di Ukraina timur (15/5).
Para anggota kelompok separatis pro-Rusia siaga di sebuah tempat di Ukraina timur (15/5).

Kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur berencana untuk mengganggu pemilu presiden di Ukraina yang dijadwalkan berlangsung tanggal 25 Mei mendatang.

Bagi para separatis, mengganggu pelaksanaan pemilu merupakan pekerjaan mudah. Mereka cukup mengerahkan sembilan laki-laki bersenjata menuju ke kantor utama Komisi Pemilu di Donetsk Rabu (14/5) lalu dan mengumumkan bahwa kantor itu diduduki. Kecuali barak-barak militer Ukraina, para pejuang separatis telah menduduki hampir semua gedung yang mereka inginkan di Donetsk.

Polisi Donetsk tidak akan menghentikan mereka. Banyak polisi yang tampaknya mendukung kelompok separatis itu. Lainnya menanti apakah kelompok separatis atau pemerintah Ukraina yang akan menang dalam adu kekuatan di Donetsk dan Luhansk. Militer Ukraina cukup sedikit.

Pada malam menjelang referendum pemisahan diri dari Ukraina, pemimpin kelompok separatis Luhansk – Valery Bolotov mengatakan warga di Ukraina Timur tidak ingin ikut dalam pemilu presiden Ukraina.

Pemerintah Ukraina dan negara-negara Barat telah mengecam referendum pemisahan diri Donetsk dan Luhansk.

Pemimpin-pemimpin kelompok separatis berkeras mereka akan menghentikan proses pemungutan suara agar tidak berlangsung di bagian timur negara itu. Sementara bagi Ukraina, pemilu presiden merupakan hal penting. Ini adalah pemilu pertama Ukraina sejak demonstran pro-Barat menggulingkan pemerintahan pro-Rusia pimpinan Viktor Yanukovych – yang berasal dari Donetsk – dan pemilu ini merupakan kesempatan untuk menghentikan perpecahan di Ukraina.

Beberapa jajak pendapat memperlihatkan bahwa pemerintah sementara tidak populer di seluruh Ukraina. Dalam sebuah survei, lebih dari separuh responden di seluruh Ukraina Timur mengatakan mereka menilai pemerintah sementara Ukraina tidak sah. Kelompok bersenjata yang masuk ke kantor komisi pemilihan umum memerintahkan seluruh staf untuk keluar dengan mengatakan pemilu itu tidak sah.

Serhiy Taruta – gubernur resmi daerah itu – mengatakan Ukraina tidak kehilangan kontrol atas Donetsk, propinsi yang berpenduduk 4,3 juta jiwa atau 10% dari jumlah penduduk Ukraina, dan industri-industri berat yang ada di daerah itu.

Serhiy Taruta mengatakan sebagian besar institusi, kantor dan pabrik di seluruh Donetsk berfungsi normal dan rencana untuk mendesentralisasi kekuasan akan memperlemah pemberontakan separatis.

Pejabat-pejabat Ukraina berkeras pemilu akan tetap dilangsungkan, kecuali di kota Slovyanks yang sedang bergejolak, yang terletak ratusan kilometer di utara Donetsk. Kota itu secara keseluruhan telah dikuasai oleh kelompok separatis dan ada rencana agar warga kota Slovyansk mengikuti pemilu di kota lain yang lebih besar seperti Kramatorsk.

Tetapi hari Rabu, kelompok separatis menculik kepala komisi pemilu di sana, pejabat pemilu ketiga dari kota itu yang diculik bulan ini.

Pemerintah Ukraina tampaknya akan menghadapi masalah keamanan pemilu yang besar. Penasehat-penasehat asing pemilu menunjukkan kekhawatiran beberapa pekan lalu bahwa pemerintah tidak mengantisipasi masalah ini dan belum menetapkan rencana pengamanan di TPS-TPS atau bagi pejabat-pejabat lokal yang mengawasi jalannya pemilu itu.

Survey terbaru menunjukkan 85% warga Ukraina akan memberikan suara dalam pemilu tanggal 25 Mei, yang digambarkan Duta Besar Amerika Untuk Ukraina sebagai “pemilu terpenting dalam sejarah kemerdekaan Ukraina”.

Tetapi jika pemilu di Ukraina Timur gagal, hal itu hanya akan memperburuk krisis di Ukraina.
XS
SM
MD
LG