Tautan-tautan Akses

Kapal Tanker Yang Disandera Houthi di Yaman, Beresiko Rusak Parah Lingkungan


Gambar yang diperoleh dari satelit bertanggal 17 Juni 2020 ini menampilkan tanker FSO Safer di pelabuhan Ras Issa, Yaman. (Maxar Technologies via AP)
Gambar yang diperoleh dari satelit bertanggal 17 Juni 2020 ini menampilkan tanker FSO Safer di pelabuhan Ras Issa, Yaman. (Maxar Technologies via AP)

PBB mengatakan, Kamis malam (25/6), sebuah kapal tanker yang kini berada di lepas pantai Yaman berisiko menimbulkan kerusakan lingkungan hebat di Laut Merah.

Menurut PBB, kapal bermuatan lebih dari 1 juta barel minyak mentah itu bisa meledak dalam waktu dekat dan merusak kehidupan laut di kawasan itu, serta mengganggu operasi pabrik-pabrik penyulingan air dan rute-rute pelayaran internasional.

Sejumlah dokumen yang diperoleh Associated Press menunjukkan, air laut telah merembes masuk ruang mesin kapal itu. Kapal yang telah lima tahun ditinggalkan dan tak terawat itu dapat tenggelam dan meledak karena sebagian besar pipa-pipanya telah berkarat dan menghasilkan gas yang mudah terbakar.

Banyak pakar mengatakan, perbaikan tidak mungkin dilakukan terhadap kapal itu karena kerusakannya sudah luar biasa parah.

Telah bertahun-tahun PBB berusaha mengirim tim penyidik untuk mengevaluasi kerusakan kapal yang dikenal dengan sebutan FSO Safer itu. PBB ingin mengamankan kapal itu dengan mengeluarkan minyaknya dan membawanya ke lokasi yang aman, namun mendapat tentangan dari kelompok pemberontak Houthi. Seorang diplomat Barat, yang namanya ingin dirahasiakan mengatakan, Houthi sengaja memanfaatkannya sebagai jaminan dalam bernegosiasi dengan masyarakat internasional.

Houthi menuntut jutaan dolar sebagai imbalan menyerahkan minyak yang tersimpan dalam kapal yang disanderanya itu. PBB dan masyarakat internasional tidak bersedia memenuhi tuntutan itu.

Sejumlah pakar mengecam Houthi dan PBB karena ketidakmampuan mereka memahami besarnya krisis yang bisa ditimbulkan kapal itu. Ian Ralby, pediri I.R. Consilium, perusahaan yang bergerak di bidang keamanan maritim, mengatakan kepada Associated Press, usaha PBB untuk mengirim tim evaluasi ke kapal itu tidak bermanfaat, dan apa yang dibutuhkan kapal itu saat ini hanyalah tim penyelamat.

Houthi menyalahkan AS dan Arab Saudi yang menghalangi mereka menjual minyak itu. Mohammed Ali al-Houthi, pemimpin kelompok pemberontak tersebut, mengatakan, apa yang mungkin terjadi pada kapal itu adalah tanggung jawab AS dan Saudi. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG