Tautan-tautan Akses

Junta dan Pihak Anti Junta Saling Tuding Terkait Serangan Bom di Myanmar


Pasukan keamanan Myanmar mengamankan lokasi pasca ledakan di sebuah terminal bus di Yangon (foto: dok).
Pasukan keamanan Myanmar mengamankan lokasi pasca ledakan di sebuah terminal bus di Yangon (foto: dok).

Empat bulan setelah kudeta militer 1 Februari lalu, kota-kota di seluruh Myanmar telah diguncang oleh lebih dari 300 ledakan bom, dan junta yang berkuasa dan lawan-lawannya saling menyalahkan atas serangkaian pemboman tersebut serta meningkatnya jumlah korban jiwa, kata berbagai sumber di negara itu.

Ledakan bom terdengar setiap hari di Yangon, pusat komersial dan bekas ibu kota, sementara pertempuran antara pasukan keamanan junta dan mereka yang menentang pemerintahan militer meningkat di seluruh negara berpenduduk 54 juta orang itu.

Menurut catatan Radio Free Asia (RFA), sebagian besar serangan bom, termasuk penggunaan granat tangan dan bom parsel, menarget wilayah-wilayah yang terhubung dengan junta militer, seperti kantor polisi dan kantor pemerintah.

Sebuah ledakan terjadi pada hari Senin (24/5) di Sekolah Menengah Atas No. 6 di kota Kalemyo di wilayah Sagaing, Myanmar barat laut. Seorang warga Kalemyo yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan kepada RFA bahwa polisi yang ditempatkan di sekolah itu berada di balik serangan tersebut.

“Orang biasa tidak bisa masuk ke tempat-tempat seperti itu… Itu tidak mudah. Kami pikir mereka sendiri yang meledakkan bom, jadi mereka punya alasan untuk berkeliling ke mana-mana dan menembakkan senjata untuk menakut-nakuti warga,” kata warga itu.

Catatan dari RFA dan perusahaan keamanan internasional menunjukkan bahwa pada bulan Maret dan April terjadi 171 serangan bom, dan 140 lagi dalam tiga minggu pertama bulan Mei. [lt/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG