Tautan-tautan Akses

Juara Basket Putri AS Latih Atlet Putri Afrika


Para pebasket profesional dari Liga Bola Basket Profesional AS (NBA) dalam sesi latihan di Johannesburg, Afrika Selatan, 31 Juli 2015. (Foto: Reuters)
Para pebasket profesional dari Liga Bola Basket Profesional AS (NBA) dalam sesi latihan di Johannesburg, Afrika Selatan, 31 Juli 2015. (Foto: Reuters)

Basketball Without Borders adalah program Asosiasi Bola Basket Amerika (NBA), yang telah melatih remaja di Afrika selama 17 tahun. Para atlet putri yang ikut program itu bilang berlatih bersama atlet-atlet perempuan Afrika yang bermain di tim-tim putri NBA (WNBA) memotivasi mereka untuk bertahan.

Empat puluh remaja putra dan 20 putri yang berasal dari 29 negara Afrika berlatih bersama dengan para pemain dan mantan pemain NBA dan tim putri WNBA dalam program yang sangat selektif.

“Pengalaman ini begitu memperkaya kami. Program ini sangat membantu saya. Saya telah mempelajari hal-hal baru dan memperbarui antusiasme saya, keinginan saya untuk terus maju dan untuk menjadi seseorang yang berarti di dunia bola basket,” kata Iris, seorang peserta dalam program Basketball Without Borders atau Bola Basket Tanpa Tapal Batas.

Para pelatih dan mentor membantu para pemain muda ini melalui berbagai latihan dan banyak pertandingan. Mereka juga menjadi panutan bagi para partisipan.

Astou Ndiaye adalah pemain basket putri WNBA kelahiran Senegal, yang sekarang ini menjadi asisten pelatih di Utah State University. Pebasket putri yang pernah bergabung dengan klab Detroit Shock, Indiana Fever, Houston Comets dan Seattle Storm itu berpartisipasi sebagai pelatih dalam program Basketball Without Borders.

“Kami telah menempuh jalan yang mereka ingin lalui. Jadi dengan berada di sini saja, berbicara dengan mereka, menjawab berbagai pertanyaan mereka, harapannya adalah ini benar-benar memberi mereka kepercayaan diri. Mereka perlu ketahui bahwa apabila kami dapat melakukannya, mereka juga dapat demikian karena memang ada jalurnya untuk mereka,” kata Astou.

Vanessa, salah seorang partisipan program Basketball Without Borders menimpali, “Ini semua berkat mereka. Mereka menginspirasi kami untuk bermain bola basket, sungguh. Dan karena merekalah maka kami benar-benar mendaftarkan diri dalam program ini dan berani berkata bahwa suatu hari mungkin kami dapat menggantikan mereka, atau bermain bersama mereka.”

Panitia penyelenggara menyatakan bahwa memajukan para pemain muda perempuan di benua Afrika sama pentingnya bagi mereka, seperti juga pentingnya melatih para pemuda.

Amadou Gallo Fall, Direktur Pengelola NBA Afrika, menjelaskan, misi utama NBA Afrika adalah meningkatkan partisipasi perempuan dalam dunia olahraga.

“Jadi kita tidak dapat melakukan itu dengan mengabaikan perempuan, yang jumlahnya lebih dari separuh populasi di Afrika. Jadi saya pikir selama bertahun-tahun ini, kita telah melihat kemajuan yang luar biasa dalam permainan bola basket putri,” ujar Amadou.

Para pelatih perempuan menyatakan bahwa berkat program-program seperti itu, masa depan remaja putri dalam olahraga bola basket di berbagai penjuru benua Afrika menjadi kian cemerlang.

“Semakin baik. Jika kita ingat lagi, kita ini adalah perintisnya ketika itu. Dan gaji, semua tunjangan dan kelebihan lain yang diperoleh para pemain muda itu sekarang ini, sangat luar biasa. Jadi ini semua semakin baik,” kata Astou, yang juga mantan pemain juara WNBA.

Keduapuluh remaja putri yang terpilih mengikuti program ini menyatakan mereka akan kembali ke tempat asal mereka bukan hanya dengan membawa harapan bagi masa depan mereka sendiri dalam olahraga bola basket. Mereka juga menyatakan akan berbagi pengalaman yang telah mereka peroleh dengan komunitas mereka, dan menginspirasi remaja-remaja putri lainnya untuk mengejar impian mereka. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG