Tautan-tautan Akses

Israel Bantah Tuduhan Berada Dibalik Kematian Arafat


Patric Magnin (kanan) direktur forensik dan Francois Bochud, direktur fisika radiasi (tengah) RS Univ. Lausanne, berbicara dalam konferensi pers mengenai hasil tes terhadap jasad mendiang Arafat, 7/11/2013.
Patric Magnin (kanan) direktur forensik dan Francois Bochud, direktur fisika radiasi (tengah) RS Univ. Lausanne, berbicara dalam konferensi pers mengenai hasil tes terhadap jasad mendiang Arafat, 7/11/2013.

Ditengah terungkapnya secara ilmiah minggu ini bahwa mendiang pemimpin Yasser Arafat mungkin meninggal karena diracun, para pejabat Palestina hari Jumat menuduh Israel berada dibalik rencana itu. Tetapi para pejabat Israel membantahnya.

Ketua komisi Palestina yang menyelidiki kematian Yasser Arafat mengatakan kepada para wartawan hari Jumat kematian mantan pemimpin Palestina itu sembilan tahun lalu tidak terjadi secara alami.

Mantan kepala intelijen Palestina Tawfiq Tirawi mengacu pada kajian oleh Swiss atas jenazah Arafat yang menemukan ia mungkin diracun.

Ia mengatakan isu intinya adalah mencari tahu siapa dibalik kematian Arafat dan siapa yang memiliki perlengkapan teknis dan ilmiah untuk melakukan pembunuhan itu. Ia mengatakan komisi Palestina itu menganggap Israel sebagai tersangka pertama dan satu-satunya dalam pembunuhan Arafat.

Para pejabat Israel secara tegas membantah tuduhan itu. Jurubicara Kementrian Luar Negeri Israel Yigal Palmor mengatakan Palestina tidak punya bukti.

“Saya ingin mengatakan sejelas mungkin: Israel tidak membunuh Arafat, titik. Sesederhana itu. Tidak ada embel-embel lain. Kami tidak berkaitan dengan kematiannya,” tegas Palmor.

Arafat meninggal tahun 2004 pada usia 75 tahun setelah sempat diterbangkan ke Eropa dari Tepi Barat dalam kondisi kesehatan buruk. Ia berada dalam kepungan pasukan Israel di Ramallah karena serangan teroris yang disebut Intifada Kedua.

Banyak rakyat Palestina percaya Arafat diracun dengan satu dosis polonium yang mengandung radioaktif. Zat polonium sangat langka dan sulit terdeteksi. Zat ini diduga digunakan dalam pembunuhan seorang bekas agen rahasia Rusia di Inggris tujuh tahun lalu.

Janda Arafat tahun lalu setuju membolehkan jenazah suaminya digali dari makamnya sebagai bagian dari penyelidikan atas kematiannya. Tim forensik dari Rusia, Perancis dan Swiss melakukan kajian terpisah atas sejumlah sampel jenazah.

Hasil dari kajian Perancis belum dirilis. Dokter pribadi Arafat, Abdallah Bashir, mengatakan kajian Rusia tidak menemukan bukti zat radioaktif. Ia mengatakan tim Rusia itu menyimpulkan laporan komprehensif tersebut tidak memberi cukup bukti bahwa Polonium-210 menyebabkan sindrom radiasi akut yang berujung pada kematian.

Zat polonium cepat hancur dan banyak spesialis ragu ada cukup jejak zat itu bisa ditemukan dalam makam setelah cukup lama sejak kematiannya.

Tetapi para penyidik Swiss mengatakan jejak yang mereka temukan 18 kali lebih banyak dari kondisi normal. Mereka mengatakan ada cukup bukti yang mendukung teori bahwa Arafat diracun.
XS
SM
MD
LG