Irak, Kamis (8/2) dengan tajam mengecam serangan pesawat tak berawak AS yang menurut militer AS menewaskan seorang pemimpin kelompok militan yang didukung Iran. Juru bicara Irak menyebut serangan itu sebagai “pembunuhan terang-terangan” yang menunjukkan “tiadanya perhatian pada nyawa warga sipil atau hukum internasional.”
Yehia Rasool, juru bicara perdana menteri Irak, mengatakan koalisi pimpinan AS yang beroperasi di Irak untuk melawan kelompok ISIS “secara konsisten menyimpang dari alasan dan tujuan kehadiran mereka di wilayah kami.”
“Perjalanan ini memaksa pemerintah Irak untuk menghentikan misi koalisi ini, yang telah menjadi faktor ketidakstabilan dan mengancam untuk melibatkan Irak dalam siklus konflik,” kata Rasool dalam sebuah pernyataan.
Komando Pusat Amerika (United States Central Command/CENCOM), yang mengawasi operasi militer Amerika di Timur Tengah, mengatakan serangan pada hari Selasa itu menewaskan seorang komandan kelompok militan Kataib Hezbollah yang “bertanggung jawab merencanakan dan berpartisipasi langsung dalam serangan terhadap pasukan Amerika di wilayah tersebut.”
Dua pejabat Amerika mengkonfirmasi kepada VOA bahwa komandannya adalah perwira operasi Wisam Mohammad al-Saedi. Foto-foto di media sosial menunjukkan kartu identitas Irak yang diambil dari saku pakaian pada mayatnya.
VOA sebelumnya melaporkan bahwa militer AS terlibat dalam serangan udara terhadap sasaran penting di Timur Tengah tetapi tidak menyebutkan nama al-Saedi.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan sebuah kendaraan dilalap api di jalan raya Bagdad.
Serangan AS tersebut merupakan tanggapan atas hampir 170 serangan drone, roket, dan rudal terhadap pasukan AS di Timur Tengah sejak pertengahan Oktober, salah satunya menewaskan tiga anggota militer AS dan melukai puluhan lainnya di Yordania utara pekan lalu.
Gelombang serangan udara AS di Irak dan Suriah pada hari Jumat menghantam sasaran-sasaran yang terkait dengan milisi dukungan Iran yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Serangan menarget tiga lokasi di Irak, serta empat lokasi lainnya di Suriah, dan menghancurkan lebih dari 80 sasaran, mulai dari pusat komando dan kendali dan pusat intelijen hingga fasilitas penyimpanan rudal dan drone, menurut evaluasi terbaru AS.
Namun meski para pejabat AS membela diri bahwa serangan itu diperlukan menyusul serangan pesawat tak berawak yang menewaskan tiga tentara AS di sebuah pangkalan di Yordania bulan lalu, para pejabat Irak menyatakan kemarahan dan memanggil kuasa usaha AS di Bagdad untuk melakukan protes. Mereka menuduh bahwa beberapa serangan AS mengenai unsur-unsur pasukan keamanan Irak sendiri.
Departemen Luar Negeri AS, Senin (5/2) mengatakan bahwa Irak tidak diberi peringatan apa pun, namun menambahkan bahwa serangan AS seharusnya tidak mengejutkan.
Juru bicara Pentagon Mayor Jenderal Pat Ryder mengatakan pada hari Senin bahwa AS tidak memiliki rencana untuk melakukan kampanye militer jangka panjang melawan milisi di Irak dan Suriah, namun ia menyatakan bahwa tanggapan AS terhadap pembunuhan anggota militernya “belum lengkap.”
Amerika Serikat memiliki sekitar 2.500 tentara di Irak yang bertugas memberikan nasihat dan membantu pasukan keamanan Irak dalam mengejar sisa-sisa kelompok teror ISIS yang g juga dikenal sebagai Daesh oleh masyarakat setempat. [lt/ab]
Forum