Tautan-tautan Akses

Inggris: Rusia di Balik Serangan Mata-mata


Jonathan Allen, Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB (depan) berbicara di DK PBB hari Rabu (14/3).
Jonathan Allen, Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB (depan) berbicara di DK PBB hari Rabu (14/3).

Utusan Inggris untuk PBB hari Rabu (15/3) mengatakan bahwa penyelidikan menyeluruh menunjukkan Rusia berada di balik percobaan pembunuhan terhadap seorang mantan mata-mata Rusia di sebuah kota di Inggris.

Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan puterinya, Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di sebuah bangku taman di kota Salisbury awal bulan ini dan dilarikan ke rumah sakit, di mana mereka masih dalam kondisi serius. Beberapa orang lain, termasuk seorang petugas polisi, juga jatuh sakit.

Baca juga: Inggris, Perancis, Jerman, AS Kecam Peracunan Mantan Mata-mata Rusia

Para pejabat Inggris mengatakan bahan kimia yang menyerang saraf bernama Novichok, yang pertama kali dikembangkan oleh bekas Uni Soviet dan diwarisi Rusia, digunakan dalam serangan itu.

Jonathan Allen, Wakil Duta Besar Inggris untuk PBB, mengatakan, “Tanggal 4 Maret, sebuah senjata sangat berbahaya yang dilarang digunakan dalam perang, digunakan di sebuah kota yang aman di negara saya. Ini adalah tindakan tidak bertanggung jawab yang dilakukan orang-orang yang tidak mempedulikan nyawa manusia, yang tidak peduli apakah orang-orang tak bersalah terkena dalam serangan mereka. Mereka tidak peduli apakah senjata yang digunakan akan memperlihatkan keterlibatan mereka, atau dengan keliru mengira mereka bisa menutupi jejak mereka.”

Nikki Haley, duta besar AS untuk PBB, mendukung tuduhan Inggris itu dengan menggunakan kalimat yang keras mengenai kemungkinan keterlibatan Moskow.

“Ini adalah momen menentukan. Berulang kali, negara-negara anggota PBB mengatakan menentang penggunaan senjata kimia dalam situasi apapun. Kini satu anggota dituduh menggunakan senjata kimia di sebuah negara anggota lain yang berdaulat. Kredibilitas dewan ini tidak akan bertahan apabila kita gagal membuat Rusia bertanggung jawab,” tandas Haley.

Duta besar Rusia Vassily Nebenzia membantah tuduhan Inggris itu.

"Rusia tidak ada kaitannya dengan insiden ini. Ultimatum dari London adalah sesuatu yang tidak perlu ditanggapi, karena tidak berdasar,” tegasnya.

Nebenzia mendesak Inggris memberikan contoh-contoh bahan beracun yang digunakan dalam serangan itu untuk penyelidikan bersama, karena Inggris mengklaim bahan kimia itu berasal dari Rusia.

Seorang juru bicara Sekjen PBB mengatakan penggunaan senjata saraf oleh sebuah negara merupakan pelanggaran hukum internasional serius. Hari Rabu, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan beberapa respon balasan, termasuk pengusiran 23 diplomat Rusia dari Inggris. [vm/ii]

Recommended

XS
SM
MD
LG