Tautan-tautan Akses

IMF: Ekonomi Ukraina Bisa Runtuh akibat Perang Berkepanjangan


Relawan menyiapkan makanan di dapur darurat bagi warga dan pasukan Ukraina di sebuah dapur darurat di Kyiv (foto: dok). Perang di Ukraina telah melumpuhkan ekonomi negara itu.
Relawan menyiapkan makanan di dapur darurat bagi warga dan pasukan Ukraina di sebuah dapur darurat di Kyiv (foto: dok). Perang di Ukraina telah melumpuhkan ekonomi negara itu.

Ekonomi Ukraina bisa runtuh, merosot 35 persen jika perang berlarut-larut. Konflik juga bisa membahayakan persediaan pangan dunia, kata Dana Moneter Internasional atau IMF hari Senin (14/3).

"Ada ketidakpastian besar atas keadaan itu," tetapi setidaknya hasil produksi Ukraina turun 10 persen tahun ini dengan perkiraan kalau resolusi perang pulih dengan cepat," kata IMF dalam analisis ekonomi setelah serangan Rusia.

Perang di Ukraina juga berdampak parah pada sektor industri mobil Jerman, karena kekurangan suku cadang dari para pemasok Ukraina yang memaksa pabrik-pabrik mobil Jerman untuk sementara menghentikan produksi.

Perusahaan mobil Volkswagen pekan lalu harus menangguhkan produksi kendaraan listrik selama empat hari di pabriknya di Zwickau dan selama tiga hari di Dresden.

Kini perusahaan itu memutuskan untuk menghentikan semua produksi pekan ini di pabrik utama VW di Wolfsburg.

Pabrik mobil Volkswagen di Wolfsburg, Jerman terpaksa menghentikan produksi akibat perang di Ukraina (foto: dok).
Pabrik mobil Volkswagen di Wolfsburg, Jerman terpaksa menghentikan produksi akibat perang di Ukraina (foto: dok).

Direktur Pusat Manajemen Otomotif, Stefan Bratzel mengatakan, "Sebenarnya sudah ada penghentian produksi di Volkswagen, BMW, Audi dan produsen mobil lainnya, karena dipicu oleh perang Ukraina," kata Stefan Bratzel.

"Itu berarti dampak langsungnya sudah terasa sekarang", tambahnya.

Bratzel mengatakan kemungkinan besar produsen harus mencari pemasok lain jika perang di Ukraina berlanjut.

Sementara itu, jutaan rumah tangga di Inggris termasuk hampir separuh anak-anak di negara itu akan mengalami kesulitan membeli barang-barang pokok termasuk makanan dan pakaian mulai bulan depan, karena tagihan biaya energi yang melonjak, menurut sebuah survei hari Senin.

Diperkirakan 23,4 juta orang tidak mampu membayar biaya standar hidup yang dapat diterima secara sosial, karena kekurangan uang tunai dari apa yang disebut "standar pendapatan minimum" rata-rata sekitar $ 11.200 atau 10.200 Euro, menurut penelitian dari lembaga penelitian New Economics Foundation.

Warga Inggris yang terpukul keras oleh inflasi tertinggi dalam puluhan tahun, kini menghadapi tekanan tambahan mulai bulan April, ketika pemerintah menaikkan pajak para pekerja.

Pada bulan yang sama, batas tertinggi tagihan gas dan listrik untuk rumah tangga juga akan naik, menyusul melonjaknya harga barang-barang kebutuhan sehari-hari. [ps/lt]

XS
SM
MD
LG