Tautan-tautan Akses

Gerakan Akar Rumput Bantu Masyarakat AS Pahami Lebih Baik isu-isu Pengungsi


“One Journey Festival” menyampaikan kisah-kisah di balik eksodus massal pengungsi kepada publik AS (foto: dok).
“One Journey Festival” menyampaikan kisah-kisah di balik eksodus massal pengungsi kepada publik AS (foto: dok).

Ketika jumlah pengungsi yang diizinkan masuk ke Amerika berkurang karena kebijakan pemerintahan Trump, berkembang gerakan akar rumput membantu masyarakat memahami dengan lebih baik isu-isu pengungsi.

Di tengah krisis pengungsi global di mana hampir 69 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi, pendiri “One Journey Festival” Wendy Chan menyampaikan kisah-kisah di balik eksodus massal itu.

“Ada banyak organisasi yang mencoba menceritakan kisah para pengungsi lewat angka. Tetapi tidak banyak di antara mereka yang menjangkau hati dan pikiran dengan menggunakan nada yang benar-benar positif dan menyenangkan mereka. Padahal di tengah-tengah kesulitan ini, saya kira sangat penting bagi kita untuk menampilkan kisah luar biasa tentang harapan dan kegigihan para pengungsi ini,” papar Wendy.

Festival “One Journey” berlangsung Juni ini di National Cathedral di Washington DC.

Portal digital yang disediakan Festival “One Journey” memungkinkan para pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan para pengungsi.
Portal digital yang disediakan Festival “One Journey” memungkinkan para pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan para pengungsi.

Wendy Chan dan salah seorang pendiri organisasi itu, Vanda Berninger, menghadirkan para pengungsi yang juga penari, musisi dan penyair dari seluruh Amerika. Tahun lalu festival ini dihadiri empat ribu orang. Tahun ini – bermitra dengan 200 LSM, artis lokal, pebisnis dan perusahaan-perusahaan besar di dunia – Wendy Chan memperkirakan lebih dari delapan ribu orang akan menghadiri festival ini.

Satu bagian penting dari festival ini adalah teknologi digital inovatif.

‘’Kami memiliki ‘shared studio’ atau semacam studio yang dibentuk untuk portal digital di mana para peserta festival dapat terhubung dan mengetahui kisah-kisah para pengungsi secara langsung dengan mereka yang masih mengungsi di berbagai kamp di seluruh dunia,” imbuh Wendy.

Salah seorang yang sempat memasuki studio itu, Sean Burk, mengatakan, “Kami baru saja memasuki ‘digital connect lab’ ini. Hal ini sangat penting dan berarti bagi anak-anak saya, ketika mereka duduk dengan menyimak apa yang dialami para pengungsi. Anda dapat melihat betapa anak-anak benar-benar ingin memahami tantangan yang dihadapi, dan apa yang mungkin dilakukan untuk membantu.”

Wendy Chan dilahirkan di China dan datang ke Amerika bersama keluarganya ketika berusia 12 tahun. Ia tahu persis betapa pentingnya mendukung para pengungsi.

“Kakek buyutku adalah seorang tahanan politik yang meninggal di penjara pada usia 78 tahun. Kakekku melarikan diri dari Tiongkok sebagai pengungsi, ketika terjadi perang saudara. Bagi saya sangat penting bagi kita semua untuk menyadari bahwa para pengungsi tidak punya pilihan. Mereka dilahirkan di tempat dan waktu yang salah dalam sejarah,” tukasnya.

Antusiasme Wendy Chan tidak luput dari perhatian otorita berwenang. Baru-baru ini ia menerima penghargaan dari walikota Washington DC.

‘’Saya merasa sangat terhormat menerima penghargaan ini, tetapi saya ingin memastikan bahwa kita semua tahu bahwa ‘One Journey’ benar-benar merupakan gerakan akar rumput,” ujarnya bangga.

Wendy Chan, yang juga merupakan eksekutif sebuah perusahaan konsultasi global, merasa ia memenangkan lotere seumur hidup.

“Saya dapat datang ke negara ini dan menjalani kehidupan yang memungkinkan saya mengembangkan kemampuan secara penuh. Sebagai seseorang yang mendapat berkat begitu besar dalam hidup, saya merasa berkewajiban membantu mereka,” pungkasnya. (em/al)

XS
SM
MD
LG