Tautan-tautan Akses

Genetika Bantu Temukan Kontaminasi Makanan


Pendekatan baru untuk mendeteksi keracunan makanan sedang digunakan untuk menyelidiki wabah bakteri E.coli baru-baru ini di selada romaine yang ditanam di negara bagian Arizona AS. (Foto: VOA-Faiza Elmasry/Videograb)
Pendekatan baru untuk mendeteksi keracunan makanan sedang digunakan untuk menyelidiki wabah bakteri E.coli baru-baru ini di selada romaine yang ditanam di negara bagian Arizona AS. (Foto: VOA-Faiza Elmasry/Videograb)

Sebuah pendekatan baru untuk mendeteksi keracunan makanan sedang digunakan untuk menyelidiki wabah bakteri E.coli baru-baru ini yang menyerang selada romaine yang ditanam di negara bagian Arizona, AS. Sayur yang tercemar itu telah menyebabkan sedikitnya 84 orang jatuh sakit di 19 negara bagian.

Metode baru itu, yang digunakan oleh Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit (CDC), bergantung pada pengurutan genetika. Dan wartawan VOA Faiza Elmasry melaporkan, pendekatan itu berpotensi merevolusi deteksi wabah keracunan makanan.

Lauren Bush punya pengalaman dengan keracunan makanan. Lebih dari satu dasawarsa lalu, dia jatuh sakit setelah makan salad bayam. Dia mengalami gejala mirip flu selama enam bulan.

“Saya ingat berkata kepada orangtua saya, ‘Saya sangat takut. Apakah mungkin saya meninggal dunia sebelum mereka menemukan penyebabnya?”

Akhirnya, para dokter menemukan sumber penyakitnya, bakteri E. coli pada bayam.

Menurut Pusat Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit, sekitar 48 juta orang AS jatuh sakit, dan 3.000 orang meninggal karena keracunan makanan setiap tahun.

Teknik genetika ini membantu para ilmuwan untuk “mencari kaitan” antara wabah-wabah penyakit bawaan makanan yang sepertinya tidak ada kaitannya.

Dengan membandingkan pengurutan genom sampel-sampel DNA dari orang-orang berbeda yang jatuh sakit, memungkinkan mereka untuk mempelajari apakah bakterinya merupakan jenis yang sama dan bagaimana kekebalan mereka atas pengobatan sekarang ini.

Sebelumnya, para petugas kesehatan mengirim sampel-sampel ke CDC, tapi kini ke-50 negara bagian mendapatkan dana untuk membantu mereka mendirikan laboratorium mereka sendiri, sehingga proses analisa lebih cepat.

Joel Sevinsky, dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Colorado mengatakan, “Perlu sekitar 40 jam untuk mengurutkan dan kita mungkin punya waktu persiapan delapan jam sebelum menggunakan instrumennya dan begitu kita memperoleh informasi pengurutan, proses akan berjalan cepat. Maka kita harus menggunakan teknik biologi komputasi untuk menghubungkan genom-genom kembali dan itu biasanya perlu beberapa jam. Jadi secara keseluruhan, proses dari awal sampai akhir bisa tercapai dalam kurang dari 72 jam.”

Meskipun sebelumnya fokus pada listeria, teknik itu juga efektif untuk mengidentifikasi jenis E. coli.

Matthew Wise dari Pusat Pemberantasan Penyakit mengatakan, “Untuk wabah selada romaine sekarang ini, kami sudah mendapat hasil pengurutannya. Kami bisa melihat bahwa bakteri dalam wabah itu hubungannya sangat erat satu sama lain.”

Pada akhir tahun ini, laboratorium-laboratorium diperkirakan menggunakan teknik ini untuk mengetahui penyebab keracunan makanan lainnya. [vm/al]

XS
SM
MD
LG