Tautan-tautan Akses

Gajah Kesulitan Bertahan dalam Kemarau Panjang di Kenya


Bayi gajah dan induk serta keluarganya di sekitar pohon di Panti Asuhan Gajah David Sheldrick Wildlife Trust di Nairobi, Kenya, Rabu, 28 Agustus 2019. (AP/Khalil Senosi)
Bayi gajah dan induk serta keluarganya di sekitar pohon di Panti Asuhan Gajah David Sheldrick Wildlife Trust di Nairobi, Kenya, Rabu, 28 Agustus 2019. (AP/Khalil Senosi)

Ratusan hewan, termasuk gajah dan zebra Grevy yang terancam punah, telah mati di cagar alam Kenya selama kekeringan terburuk di Afrika Timur dalam beberapa dekade, menurut laporan yang dirilis belum lama ini.

Dinas Margasatwa Kenya dan badan-badan lainnya menghitung kematian 205 gajah, 512 wildebeest, 381 zebra biasa, 51 kerbau, 49 zebra Grevy, dan 12 jerapah dalam sembilan bulan terakhir.

Beberapa bagian Kenya telah mengalami empat musim hujan berturut-turut dengan curah hujan yang tidak memadai dalam dua tahun terakhir. Keadaan demikian berdampak mengerikan bagi manusia dan hewan, termasuk ternak.

Ekosistem yang terkena dampak terburuk adalah tempat bagi beberapa taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa yang paling banyak dikunjungi di Kenya, termasuk kawasan Amboseli, Tsavo, dan Laikipia-Samburu.

Seekor gajah ditemukan mati setelah mengembara ke permukiman penduduk di Wamba, kota kecil di Kabupaten Samburu. Gajah itu membunuh seorang wanita di sumber air margasatwa lokal.

Seekor gajah, yang dibunuh oleh penjaga Kenya Wildlife Service setelah membunuh seorang perempuan saat mencari air dan makanan di tengah kekeringan, terbaring di Loolkuniyani, Kabupaten Samburu di Kenya, 16 Oktober 2022. (AP/Brian Inganga)
Seekor gajah, yang dibunuh oleh penjaga Kenya Wildlife Service setelah membunuh seorang perempuan saat mencari air dan makanan di tengah kekeringan, terbaring di Loolkuniyani, Kabupaten Samburu di Kenya, 16 Oktober 2022. (AP/Brian Inganga)

Jagawana dari Dinas Margasatwa Kenya melacak gajah itu dan menembaknya mati. Setelah itu mereka mengambil gadingnya untuk disimpan guna mencegah gading dijual di pasar gelap.

Daging dari gajah itu sangat berguna bagi penduduk setempat yang berjuang melawan kelaparan.

David Lepeenoi, warga Samburu berusia 54 tahun, mengatakan,“Gajah cenderung tertarik pada pohon yang saya tanam di pekarangan saya. Pohon dan sumber air adalah sumber utama konflik antara gajah dan masyarakat.”

Musim kemarau panjang ini belum pernah terjadi sebelumnya. Kekeringan terburuk dalam 40 tahun ini telah menghancurkan sumber makanan dan air di Afrika Timur.

Para penggembala setempat, yang telantar akibat kekeringan, tak segan-segan mengambil potongan besar daging dari bangkai gajah tersebut.

Frank Aule, warga Samburu berusia 37 tahun, adalah salah seorang di antara mereka. “Saya sudah lama menderita kelaparan, dan jika saya menemukan bangkai binatang seperti itu, saya tidak akan berpikir dua kali untuk mengambil dagingnya untuk saya makan karena saya harus makan untuk bertahan hidup,” jelasnya.

FILE - Kawanan gajah dewasa dan bayi berjalan di bawah cahaya fajar dengan latar belakang gunung tertinggi di Afrika, Gunung Kilimanjaro di Tanzania yang berselimut salju dan gletser, terlihat dari Taman Nasional Amboseli di Kenya selatan, 17 Desember 2012. (AP/Ben Curtis, File)
FILE - Kawanan gajah dewasa dan bayi berjalan di bawah cahaya fajar dengan latar belakang gunung tertinggi di Afrika, Gunung Kilimanjaro di Tanzania yang berselimut salju dan gletser, terlihat dari Taman Nasional Amboseli di Kenya selatan, 17 Desember 2012. (AP/Ben Curtis, File)

Jim Justus Nyamu, direktur eksekutif Elephants Neighbours Center, percaya model konservasi harus diubah dan koridor migrasi harus dibuka agar gajah dapat berpindah ke daerah yang lebih hijau selama musim kering.

“Masalahnya adalah di mana kami telah melaporkan kasus kematian hewan, sebenarnya itu tidak terjadi di dalam taman, tapi pada dasarnya di luar taman. Artinya, hewan-hewan itu benar-benar mencari makan di tempat mereka biasa mencari makan. Tapi koridor, rute migrasi ke tempat itu terblokir oleh permukiman manusia,” kata Nyamu.

Gajah memiliki masa kehamilan selama 22 bulan dan terkadang kandungan tidak bisa bertahan sampai cukup waktu. Dalam beberapa kasus, sistem kekebalan tubuh yang menurun menyebabkan kelahiran mati atau kematian induk gajah saat melahirkan, menyebabkan anak gajah yang rentan terdampar di alam liar.

Di Suaka Gajah Reteti, para pengasuh membawa makanan dari alam liar. Di tempat itu ada 40 anak gajah, sekitar 30 di antaranya dibawa ke sana karena kemarau panjang.

Dorothy Lowakutuk, salah seorang pengasuh gajah di Suaka Reteti, mengatakan,“Kami naik kendaraan dan harus pergi ke tempat lain untuk memotong tanaman dan membawanya ke sini. Setidaknya kami memastikan bahwa gajah-gajah ini mendapat pakan yang tidak ditemukan di habitat aslinya.” [lt/uh]

Forum

XS
SM
MD
LG