Tautan-tautan Akses

Filipina dan China Bahas Sengketa Laut


Pulau Pagasa bagian dari gugusan Kepulauan Spratly yang disengketakan, di Laut Cina Selatan yang terletak di lepas pantai barat Filipina, 20 Juli 2011. (Foto: Reuters)
Pulau Pagasa bagian dari gugusan Kepulauan Spratly yang disengketakan, di Laut Cina Selatan yang terletak di lepas pantai barat Filipina, 20 Juli 2011. (Foto: Reuters)

Sebuah delegasi China yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong pada Jumat (24/3) mengadakan pembicaraan lanjutan di Manila dengan sejawatnya dari Filipina yang dipimpin Wakil Menteri Luar Negeri Theresa Lazaro untuk meninjau hubungan kedua negara secara keseluruhan.

Sengketa teritorial di Laut China Selatan telah lama membayangi sebagai titik konflik potensial di Asia dan telah menjadi isu sensitif dalam persaingan regional antara China dan AS.

Pembicaraan dibuka dengan kedua pihak mengutip kesepakatan antara pemimpin China Xi Jinping dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr, yang melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada awal Januari.

Para pemimpin itu sepakat untuk menyelesaikan konflik teritorial secara damai sambil meningkatkan hubungan ekonomi dan aspek-aspek lain dari hubungan diplomatik selama hampir 50 tahun.

Theresa Lazaro, kiri, Wakil Menteri Luar Negeri Filipina untuk Hubungan Bilateral dan Urusan Asia Departemen Luar Negeri, berjabat tangan dengan Sun Weidong, Wakil Menteri Luar Negeri China, sebelum dimulainya pertemuan di Manila, Kamis, 23 Maret 2023. (Foto: via AP)
Theresa Lazaro, kiri, Wakil Menteri Luar Negeri Filipina untuk Hubungan Bilateral dan Urusan Asia Departemen Luar Negeri, berjabat tangan dengan Sun Weidong, Wakil Menteri Luar Negeri China, sebelum dimulainya pertemuan di Manila, Kamis, 23 Maret 2023. (Foto: via AP)

Seorang pejabat Filipina yang terlibat dalam pembicaraan di Manila memberitahu Associated Press bahwa para diplomat Filipina akan menjelaskan beberapa insiden yang menekankan sifat agresif China di wilayah perairan sengketa.

Insiden itu mencakup juga peristiwa 6 Februari lalu. Ketika itu para pejabat Filipina mengatakan sebuah kapal penjaga pantai China menggunakan laser militer yang sempat membutakan beberapa awak kapal patroli Filipina di kawasan beting yang disengketakan.

Lazaro mengatakan pertemuan itu merupakan langkah untuk menyelesaikan sengketa melalui diplomasi dan dialog, bukan dengan paksaan.

Pada awal Februari, pemerintahan Presiden Marcos Jr. mengumumkan pasukan Amerika dengan peralatan pertahanannya akan diizinkan untuk ditempatkan tanpa batas waktu di empat kamp militer lainnya di Filipina. Ini merupakan tambahan dari lima pangkalan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perjanjian pertahanan yang ditingkatkan pada tahun 2014.

Marcos memberitahu wartawan pada Rabu bahwa lokasi-lokasi militer baru itu akan mencakup daerah di Filipina Utara, hal yang telah membuat berang para pejabat China karena ini akan memberi pasukan AS landasan yang dekat dengan China Selatan dan Taiwan.

Washington tidak memiliki klaim terhadap perairan yang disengketakan tetapi telah menantang klaim Beijing termasuk dengan mengerahkan kapal-kapal perang dan jet tempur serta berulang kali memperingatkan bahwa AS akan membantu membela Filipina, sekutunya, jika pasukan, kapal dan pesawat Filipina diserang.

Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan juga memiliki klaim yang tumpang tindih di kawasan laut yang kaya cadangan minyak dan gas. [uh/ab]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG