Tautan-tautan Akses

Dua Sukarelawan AS Hilang di Ukraina, Dikhawatirkan Jadi Tawanan Perang


Foto dari Alexander Drueke di kediamannya di Alabama yang diambil sesaat sebelum ia berangkat menuju Ukraina pada 28 Maret 2022. (Foto: Handout via Reuters/Lois Drueke)
Foto dari Alexander Drueke di kediamannya di Alabama yang diambil sesaat sebelum ia berangkat menuju Ukraina pada 28 Maret 2022. (Foto: Handout via Reuters/Lois Drueke)

Dua warga negara Amerika Serikat yang menjadi sukarelawan di Ukraina dalam menghadapi pasukan Rusia dinyatakan telah menghilang selama seminggu. Anggota keluarga dari dua warga negara AS tersebut, pada Rabu (15/6), mengkhawatirkan bahwa keduanya telah ditangkap.

Alexander Drueke, 39, dari Tuscaloosa, Alabama, dan Andy Huynh, 27, dari Hartselle, Alabama, terakhir berhubungan dengan keluarga mereka pada 8 Juni dan tidak kembali dari misi yang mereka jalani di Kharkiv, Ukraina timur, di mana mereka terjun untuk menjadi sukarelawan.

Laporan yang menyatakan bahwa kedua pria itu telah ditawan oleh pasukan Rusia belum dapat dikonfirmasi, kata pihak keluarga dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

"Apa yang kami ketahui secara resmi saat ini dari Departemen Luar Negeri adalah bahwa Andy dan Alex hilang," Joy Black, tunangan Andy, mengatakan melalui telepon.

"Kami tidak memiliki konfirmasi untuk apa pun di luar itu. Jelas semakin lama pencarian semakin kami mulai mempertimbangkan skenario lain," tambahnya.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar akan hal ini.

Jika Drueke dan Huynh ditangkap, mereka akan menjadi warga AS pertama yang terkonfirmasi telah dijadikan tawanan perang dalam konflik yang dimulai pada 24 Februari di mana Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi ke negara tetangganya.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan bahwa jika laporan itu benar, Amerika Serikat "akan melakukan segala yang kami bisa" untuk mendapatkannya kembali.

Pekan lalu, dua warga negara Inggris dan seorang warga negara Maroko dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan separatis di Republik Rakyat Donetsk setelah tertangkap saat sedang berperang untuk Ukraina.

Lois Drueke, ibu Alexander, mengatakan dia telah melakukan kontak dengan Kedutaan Besar AS untuk Ukraina, yang berlokasi di Polandia, yang sedang mencari pasangan tersebut.

Kedua pria itu telah memberi tahu keluarga mereka pada 8 Juni bahwa mereka tidak akan dapat dihubungi selama beberapa hari, tetapi tidak merinci lebih jauh, karena takut komunikasi mereka akan disadap.

Drueke pernah menjalani dua kali penugasan ke Irak, yang terakhir sebagai penembak utama di Baghdad pada 2008-09, kata ibunya. Huynh sendiri adalah mantan marinir AS yang meninggalkan dinas pada 2018, kata tunangannya.

Mereka mengatakan kedua orang itu tidak saling mengenal sebelum bertemu di Ukraina, tetapi keduanya merasa terdorong untuk mendukung pemerintah setelah melihat foto-foto korban sipil berjatuhan saat pasukan Rusia mundur dari kota-kota di luar Kyiv pada akhir Maret lalu.

"Ketika Andy melihat rekaman ini keluar dari Ukraina, dia mengatakan dia tidak bisa tidur, tidak bisa makan, hanya termakan oleh kengerian yang dialami warga sipil tak berdosa ini," kata Black.

Rusia membantah menyerang warga sipil dan menuduh warga Barat bertindak sebagai "tentara bayaran", mengatakan dukungan Barat untuk Kyiv telah memperluas konflik tersebut dan menyebabkan lebih banyak korban yang berjatuhan. [ah/rs]

XS
SM
MD
LG