Tautan-tautan Akses

Warga Budha Burma Protes Kedatangan Delegasi OKI


Para pendeta Budha menggelar aksi protes menentang kedatangan delegasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di pusat kota Yangon (Rangoon), Burma (12/11).
Para pendeta Budha menggelar aksi protes menentang kedatangan delegasi Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di pusat kota Yangon (Rangoon), Burma (12/11).

Tim dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) diperkirakan akan menghadapi massa besar demonstran ketika mereka meneruskan perjalanan Jumat (15/11) mendatang ke negara bagian Rakhine.

Delegasi dari Organisasi Kerjasama Islam (OKI) disambut demonstrasi di Burma. Delegasi itu – yang mencakup para menteri dari Arab Saudi, Mesir, Turki, Bangladesh, Indonesia, Malaysia dan Djibouti – tiba hari Rabu (13/11) untuk mengkaji kondisi warga minoritas Muslim di Burma yang terlibat dalam sejumlah bentrokan dengan umat Buddha di negara bagian Rakhine.

Ratusan warga termasuk puluhan bhiksu Buddha yang membawa spanduk bertuliskan “Keluar” dan “Jangan campur-tangan dalam masalah dalam negeri,” berkumpul di luar bandar udara ibukota Burma, Rabu (13/11) untuk memprotes kedatangan delegasi dari blok politik Islam yang paling besar di dunia.

Sekretaris Jenderal Ekmeleddin Ihsanoglu dan beberapa menteri dari OKI, kelompok 57 negara Islam, akan langsung menuju Naypyitaw, untuk bertemu dengan para pejabat tertinggi pemerintah guna membicarakan kekerasan antar-golongan agama yang telah melanda negara mayoritas Budha yang berpenduduk 60 juta orang itu.

Lebih dari 240 orang telah tewas dan 240 ribu lainnya telah mengungsi dari rumah mereka dalam satu tahun ini, banyak dari mereka Muslim Rohingya yang dikejar oleh massa Budha yang memegang golok, dan kadang-kadang disaksikan oleh pasukan keamanan.

Delegasi dari OKI itu diperkirakan juga akan menghadapi massa besar demonstran ketika mereka meneruskan perjalanan Jumat ke negara bagian Rakhine yang berkonflik di bagian barat Burma. Rakhine adalah tempat terjadinya banyak dari pertumpahan darah itu, di mana mereka akan menemui para korban di kamp-kamp pengungsian yang buruk dan berjubel.

Ari Hananto, anggota delegasi Indonesia, mengatakan mereka diberi jaminan oleh pemerintah bahwa pengamanan akan ketat. Sekalipun mereka menyadari kemungkinan akan terjadi kemarahan, rombongan tersebut memutuskan bahwa penting bagi mereka bukan hanya menyatakan keprihatian dan kutukan, tetapi juga bertemu langsung dengan mereka yang mengalami penderitaan.

Mereka juga ingin berbicara dengan masyarakat dan para pemuka agama. “Kami ingin mencari jalan untuk membantu pembinaan komunikasi,” kata Hananto.
XS
SM
MD
LG