Tautan-tautan Akses

Dampak Media Sosial pada Saat Tragedi


Makin banyak orang mengandalkan media sosial untuk mendapatkan berita terbaru, seperti halnya saat aksi pembantaian Orlando (foto: ilustrasi).
Makin banyak orang mengandalkan media sosial untuk mendapatkan berita terbaru, seperti halnya saat aksi pembantaian Orlando (foto: ilustrasi).

Para periset sosial mengatakan makin banyak orang, khususnya pada saat tragedi atau bencana beralih ke komunitas internet untuk mendapatkan berita terbaru.

Selama lebih dari satu dekade, jutaan orang beralih ke jejaring media sosial dan situs media seperti Twitter dan Facebook untuk mengetahui berita-berita terbaru.

Pembantaian pada hari Minggu di kelab malam Pulse di Orlando tidak terkecuali. Contohnya video Snapchat oleh pengunjung kelab, Amanda Alvear yang secara tidak sengaja merekam saat-saat pertama tembakan di dalam kelab itu dengan cepat menjadi heboh bahkan sebelum kantor-kantor berita besar mulai melaporkan serangan itu.

Para periset sosial mengatakan makin banyak orang, khususnya pada saat tragedi atau bencana beralih ke komunitas internet untuk mendapatkan berita atau hiburan, berbagi pengalaman pahit mengenai kebingungan dan kesedihan serta menjangkau teman untuk mendapat dukungan dan nasihat emosional.

Internet tidak sepenuhnya baik atau buruk demikian pula halnya dengan jejaring sosial yang bisa mempersatukan orang tapi juga bisa memisahkan mereka. Contohnya dalam masalah ini, tidak memerlukan waktu lama untuk bertikai dan saling menyalahkan terkait ancaman terorisme Islam, pengawasan senjata, politik pemilu presiden dan hak-hak LGBT.

Jadi apakah media sosial membantu atau menghambat pada saat krisis dan tragedi? Jawabannya mungkin tidak terlalu mengejutkan, yaitu keduanya. [my/al]

XS
SM
MD
LG