Tautan-tautan Akses

Catat Kepulihan Ekonomi yang Mengesankan, Dapatkah Pertumbuhan China Berlanjut?


Kontainer dan truk di Pelabuhan Yangshan, Shanghai, China,di tengah wabah COVID-19, 19 Oktober 2020. (REUTERS / Aly Song)
Kontainer dan truk di Pelabuhan Yangshan, Shanghai, China,di tengah wabah COVID-19, 19 Oktober 2020. (REUTERS / Aly Song)

China telah mencatat kepulihan ekonomi yang mengesankan setelah mengalami kemunduran serius akibat pandemi virus corona selama hampir sepanjang tahun lalu. Berdasarkan sebagian besar laporan, data ekonomi China pada awal tahun baru Imlek pada awal Februari ternyata lebih signifikan daripada yang dikeluarkan pemerintah negara-negara maju lainnya.

Menurut sebagian analis, kemampuan Partai Komunis China untuk memberlakukan dengan ketat langkah-langkah mengontrol penyakit itu yang membantu Beijing memulihkan ekonomi pada jalurnya apabila dibandingkan dengan sebagian besar negara demokratis, di mana pemerintah tidak memiliki kewenangan semacam itu. Otoritas China dapat dengan mudah menutup daerah-daerah yang sangat terdampak pandemi dari daerah-daerah sekitarnya dan mengoperasikan pabrik secara terukur.

Warga Beijing berjalan dengan mengenakan masker di bawah lampion merah yang tergantung di sepanjang gang dekat Danau Houhai dalam perayaan Tahun Baru Imlek di Beijing, di tengah pandemi COVID-19, Kamis, 11 Februari 2021.
Warga Beijing berjalan dengan mengenakan masker di bawah lampion merah yang tergantung di sepanjang gang dekat Danau Houhai dalam perayaan Tahun Baru Imlek di Beijing, di tengah pandemi COVID-19, Kamis, 11 Februari 2021.

“Kebijakan China untuk mengendalikan pandemi sangat ketat. Juga, kemampuan Partai Komunis membuat penerapan langkah-langkah ketat ini lebih mudah daripada di bagian-bagian lain dunia,” kata Lourdes Casanova, direktur Emerging Markets Institute di Universitas Cornell, kepada VOA.

Situasinya berbeda di banyak negara demokratis yang mendapati sulitnya menggunakan langkah-langkah keras untuk mengendalikan penyebaran penyakit dan memberlakukan lockdown sebagai perangkat untuk menegakkan social distancing.

Produk Domestik Bruto meningkat 6,5 persen pada kuartal keempat 2020. Ekonomi tumbuh 2,3 persen pada 2020, menurut data pemerintah China. Perubahan ini mengejutkan para ekonom karena China menghadapi penurunan produktivitas industri yang serius akibat lockdown yang diberlakukan pada kuartal pertama dan kedua tahun lalu.

FILE PHOTO: Chinese 100 yuan banknotes are seen in a counting machine while a clerk counts them at a branch of a commercial bank in Beijing, China, March 30, 2016. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo
FILE PHOTO: Chinese 100 yuan banknotes are seen in a counting machine while a clerk counts them at a branch of a commercial bank in Beijing, China, March 30, 2016. REUTERS/Kim Kyung-Hoon/File Photo

China, ekonomi terbesar kedua dunia, telah menerapkan beberapa langkah stimulus seperti menerbitkan obligasi khusus, menurunkan suku bunga kredit, dan pengecualian pajak.

“China telah kembali normal lebih cepat daripada yang diperkirakan, dibantu oleh strategi pengendalian pandemi yang efektif, langkah-langkah kebijakan yang kuat, dan ekspor yang melambung,” sebut Bank Dunia dalam keterangan pers Desember 2020.

“Prakiraan terbarunya adalah ekonomi China akan tumbuh sekitar delapan persen tahun ini,” kata Casanova. “Jika pertumbuhan rata-rata tahun 2020 dan 2021 mencapai 5 persen, yang mungkin tercapai, ini akan seperti menambahkan ukuran ekonomi Australia dalam dua tahun ini.”

Seorang pelancong terlihat dengan barang-barangnya di stasiun kereta api, di tengah pandemi COVID-19, di Beijing, China 13 Januari 2021. (REUTERS / Thomas Peter)
Seorang pelancong terlihat dengan barang-barangnya di stasiun kereta api, di tengah pandemi COVID-19, di Beijing, China 13 Januari 2021. (REUTERS / Thomas Peter)

Banyak bisnis di China yang mendapat pelanggan sebanyak masa sebelum pandemi berawal pada tahun 2019. Sebagai contoh, bisnis jaringan restoran cepat saji McDonald pada Desember 2020 lebih banyak dibandingkan dengan pada tahun 2019.

Namun Casanova menyebutkan bahwa China mengambil langkah-langkah semasa pandemi yang berbeda daripada di negara-negara lain. Bukannya membagikan cek, misalnya, China mengeluarkan kupon untuk dibelanjakan. Sementara di AS dan Eropa, cek tersebut digunakan untuk membayar utang atau disimpan untuk digunakan kemudian. Ini membuat warga China harus menggunakannya, yang langsung mengaktifkan kembali sektor ritel. [uh/ab]

Recommended

XS
SM
MD
LG