Tautan-tautan Akses

Capres Afghanistan Abdullah Selamat dari Serangan Bom


Pasukan keamanan Afghanistan memeriksa lokasi serangan bunuh diri yang menarget konvoi Capres Afghanistan, Abdullah Abdullah di Kabul, Jumat (6/6).
Pasukan keamanan Afghanistan memeriksa lokasi serangan bunuh diri yang menarget konvoi Capres Afghanistan, Abdullah Abdullah di Kabul, Jumat (6/6).

Abdullah Abdullah, satu dari kedua calon akhir dalam pemilu presiden Afghanistan, selamat dari serangan bom hari Jumat (6/6).

Abdullah Abdullah, calon unggulan terdepan, baru meninggalkan sebuah rapat umum di Kabul, ibukota Afghanistan, ketika konvoinya terkena dua serangan bom.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Sediq Siddiqui menggambarkan serangan itu.

“Telah terjadi serangan teroris hari ini di Kabul dekat acara kampanye salah seorang calon. Acara itu sudah selesai dan ketika mereka sedang bergerak keluar, mereka diserang oleh seorang pembom bunuh diri,” ujarnya.

Bom kedua meledak dekat mobil Abdullah. Kementerian itu mengatakan enam warga sipil tewas dan 22 lainnya cedera akibat serangan itu.

Presiden Hamid Karzai mengecam pemboman itu. Belum ada yang mengaku bertanggungjawab, tetapi militan Taliban akhir-akhir ini telah menggiatkan aksi-aksi serangan mereka guna mengganggu pemilu tanggal 14 Juni itu.
Capres Afghanistan, Abdullah Abdullah tidak mengalami cedera dalam serangan bunuh diri di Kabul hari Jumat (6/6).
Capres Afghanistan, Abdullah Abdullah tidak mengalami cedera dalam serangan bunuh diri di Kabul hari Jumat (6/6).
Abdullah mengatakan ia dan sejumlah politisi lain dalam rombongannya tidak cedera, tetapi beberapa pengawalnya luka-luka. Abdullah, yang dikenal sejak lama menentang Taliban, mengecam dalang serangan itu.

Abdullah mengatakan jika ada orang yang memasang bom di manapun, mereka adalah musuh rakyat Afghanistan. Orang yang membunuh dan memicu kekerasan, melancarkan serangan roket, serangan bom bunuh diri dan menewaskan rakyat Afghanistan, tidak punya masa depan di negara itu, tambahnya.

Serangan bom itu terjadi hanya seminggu sebelum rakyat Afghanistan memilih antara Abdullah atau mantan pejabat Bank Dunia Ashraf Ghani untuk menjadi presiden berikutnya.

Meski jumlah pemilih tinggi pada putaran pertama April lalu, tidak satupun calon meraup cukup suara untuk langsung dinyatakan menang.

Mantan duta besar Afghanistan Omar Samad mengatakan kepada VOA tidak ada ketentuan hukum jika seorang calon presiden meninggal, dan pembunuhan bisa berujung pada kekisruhan politik.

“Jika seorang calon disasar dan dibunuh, akan menjadi masalah. Dalam putaran kedua, hal itu bisa memicu kerusuhan dan krisis, " kata Samad.

Tetapi Samad menambahkan tingginya jumlah pemilih dalam putaran pertama mengindikasikan rakyat Afghanistan menentang kebijakan Taliban yang menggunakan kekerasan. Ia memperkirakan jumlah pemilih juga akan tinggi pada 14 Juni nanti.

Recommended

XS
SM
MD
LG