Tautan-tautan Akses

Biden akan Warisi Kampanye Sosmed Trump yang Agresif terhadap Iran


Joe Biden saat diambil sumpah jabatannya sebagai Presiden ke-46 AS, di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 Januari 2021. (REUTERS/Kevin Lamarque).
Joe Biden saat diambil sumpah jabatannya sebagai Presiden ke-46 AS, di Gedung Capitol, Washington, D.C., 20 Januari 2021. (REUTERS/Kevin Lamarque).

Pemerintahan mendatang AS pimpinan Joe Biden mewarisi kampanye media sosial Trump yang berfokus pada Iran. Kampanye tersebut secara dramatis mendongkrak keterlibatan AS dengan Iran, dengan kritik tajam terhadap penguasa Islamis Iran, suatu strategi yang tampaknya akan diubah oleh Biden.

Trump dan Departemen Luar Negeri di bawah pemerintahannya menggunakan berbagai jenis saluran media sosial, teknik pengiriman pesan dan pemilihan kata-kata untuk menekankan apa yang mereka sebut sebagai “tekanan maksimum” terhadap ulama penguasa Iran, untuk menghentikan apa yang dianggap sebagai perilaku jahat. Salah satu keuntungan dari strategi itu adalah kenaikan besar audiens akun Instagram Departemen Luar Negeri yang berbahasa Persia.

Hal itu dikemukakan Gabriel Noronha, yang mengelola saluran media sosial berbahasa Persia tersebut dari akhir 2019 hingga akhir 2020. Dalam wawancara baru-baru ini dengan VOA, Noronha mengatakan pengikut akun Instagram berbahasa Persia milik Departemen Luar Negeri AS, USAdarFarsi, berkembang dari 147 ribu pada Januari 2019 menjadi 759 ribu pada Januari 2021, lebih dari lima kali lipat dalam periode dua tahun.

Sementara itu Facebook USAdarFarsi dan saluran Twitternya juga memiliki lebih dari 700 ribu pengikut.

Noronha mengatakan pengikut akun Instagram USAdarFarsi sebagian besar berasal dari dalam Iran, di mana Instagram menjadi satu-satunya platform media sosial besar Barat yang dapat diakses secara bebas oleh warga Iran. Facebook dan Twitter diblokir oleh pemerintah Iran, menyebabkan kedua media sosial itu hanya dapat diakses oleh warga Iran yang paham teknologi yang menggunakan jejaring virtual pribadi (VPN).

Noronha mengatakan VPN, yang menyembunyikan lokasi asli penggunanya, menyulitkan Departemen Luar Negeri untuk mengetahui seberapa besar lalu lintas dari dalam Iran versus dari diaspora Iran untuk akun Facebook dan Twitter berbahasa Persianya.

“Untuk akun USAdarFarsi Twitter, saya perkirakan sekitar setengah dari lalu lintasnya berasal dari Iran dan selebihnya dari AS dan Eropa,” kata Noronha. “Untuk akun Facebook, lalu lintas dari dalam Iran kurang lebih berada di antara Twitter dan Instagram,” lanjutnya.

Jenis posting yang mendapat paling banyak tanggapan di akun-akun USAdarFarsi itu biasanya pada tiga tema utama jelas Noronha.

“Pengguna media sosial Iran sangat apresiatif sewaktu kami memposting pesan-pesan yang mendukung kecaman mereka terhadap rezim Iran karena memenjarakan dan mengeksekusi aktivis HAM, yang mendukung seruan mereka bagi protes antipemerintah dan merayakan tradisi kebudayaan Iran sebelum masa Revolusi Islam Iran tahun 1979,” ujarnya. Ulama penguasa Iran pascarevolusi itu menghalangi penyelenggaraan festival-festival populer dan berbagai praktik kebudayaan lain yang mereka anggap tidak sesuai dengan pandangan fundamentalis mereka mengenai Islam. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG