Tautan-tautan Akses

Bayi Pertama Hasil DNA dari Tiga Orang Dilahirkan di Inggris


Seorang petugas medis tampak merawat bayi yang baru lahir di sebuah rumah sakit di Lianyungang, China, pada 8 Maret 2023. (Foto: AFP)
Seorang petugas medis tampak merawat bayi yang baru lahir di sebuah rumah sakit di Lianyungang, China, pada 8 Maret 2023. (Foto: AFP)

The Human Fertilization and Embryology Authority (HFEA), otoritas Inggris yang mengurusi program kesuburan manusia, pada Rabu (10/5) mengonfirmasi kelahiran bayi pertama di negara itu yang merupakan hasil dari teknik eksperimental yang menggabungkan DNA dari tiga orang. Teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan keturunan yang sehat dan tidak mewarisi penyakit genetik langka.

HFEA mengatakan kurang dari lima bayi di Inggris telah dilahirkan melalui cara tersebut, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut demi melindungi identitas keluarga terkait. Berita ini pertama kali dilaporkan surat kabar The Guardian.

Pada tahun 2015, Inggris Raya menjadi negara pertama yang mengadopsi undang-undang yang mengatur metode untuk membantu mencegah perempuan dengan mitokondria yang rusak, meneruskan cacat tersebut pada bayi mereka. Mitokondria membuat sebagian besar sumber energi dalam sel, dengan material genetik yang berbeda dengan yang kebanyakan ditemukan dalam nukleus. Kerusakan mitokondria ditengarai menyebabkan cacat genetik.

Bayi pertama di dunia yang lahir menggunakan teknik tersebut dilaporkan lahir di Amerika Serikat pada tahun 2016.

Cacat genetik dapat menyebabkan penyakit seperti distrofi otot, epilepsi, masalah jantung, dan cacat intelektual.

Satu dari 200 Anak di Inggris Punya Kelainan Mitokondria

Sekitar satu dari 200 anak di Inggris lahir dengan kelainan mitochondria. Hingga saat ini, sebanyak 32 pasien yang diizikan menerima perawatan tersebut.

Untuk seorang perempuan dengan mitokondria yang rusak, para ilmuwan mengambil materi genetik sel telur atau embrio, yang kemudian dipindahkan ke sel telur atau embrio donor yang memiliki mitokondria sehat, tetapi sisa DNA utamanya dihilangkan.

Embrio yang telah dibuahi kemudian dipindahkan ke dalam rahim ibu. Materi genetik dari sel telur yang disumbangkan itu kurang dari 1 persen dari anak yang diciptakan melalui teknik tersebut.

Dalam pernyataan yang dirilis pada Rabu, HFEA mengatakan hasil dari teknik yang digunakan itu “masih sangat dini” tetapi berharap para ilmuwan yang terlibat di Universitas Newcastle akan segera menerbitkan rincian mengenai metode tersebut.

Seorang petugas laboratorium medis tampak melakukan proses vitrifikasi embrio di sebuah laboratorium di Paris, pada 13 September 2019. (Foto: Reuters/Christian Hartmann)
Seorang petugas laboratorium medis tampak melakukan proses vitrifikasi embrio di sebuah laboratorium di Paris, pada 13 September 2019. (Foto: Reuters/Christian Hartmann)

Inggris mewajibkan setiap perempuan yang menjalani perawatan tersebut untuk terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari HFEA. Pihak berwenang mengatakan untuk dapat memenuhi syarat menjalani metode itu, keluarga-keluarga harus memastikan bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain untuk menghindari penyakit genetik turunan.

Kritik Tajam

Banyak kritikus menentang teknik reproduksi buatan, dengan alasan ada acara lain untuk menghindari penularan penyakit kepada anak-anak, seperti lewat donasi sel telur atau tes skrining; dan bahwa metode percobaan belum terbukti aman.

Pihak lainnya memperingatkan bahwa mengutak-atik kode genetik dengan cara tersebut dapat “disalahgunakan,” yang pada akhirnya mengarah pada upaya menghasilkan keturunan yang tidak hanya sehat dan tidak memiliki penyakit genetik keturunan, tetapi juga keinginan memiliki anak yang lebih tinggi, lebih kuat, lebih pintar atau lebih tampan.

Robin Lovell-Badge, pakar stem cell di Institut Francis Crick yang merupakan pusat penelitian biomedis terkemuka di London, mengatakan penting untuk memantau perkembangan bayi-bayi tersebut di masa depan

“Akan menarik untuk mengetahui seberapa baik teknik donasi mitokondria itu bekerja pada tingkat praktis. Apakah benar bayi bebas dari penyakit-penyakit mitokondria dan apakah ada risiko bahwa mereka akan mengalami masalah di kemudian hari,” ujarnya.

Para ilmuwan di Eropa pada awal tahun ini menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, sejumlah kecil mitokondria abnormal yang dibawa dari sel telur ibu ke sel telur donor, dapat bereproduksi ketika bayi berada dalam rahim, yang pada akhirnya tetap dapat menyebabkan penyakit genetik.

Lovell-Badge mengatakan alasan timbulnya isu itu belum dipahami, dan para peneliti masih perlu mengembangkan metode untuk mengurangi risiko-risiko tersebut.

Penelitian sebelumnya yang mengkaji teknik lain untuk membuat bayi dari tiga orang – termasuk sel telur donor – mendapati bahwa bertahun-tahun kemudian anak-anak itu baik-baik saja, tanpa indikasi adanya masalah kesehatan yang tidak biasa. Nilai-nilai mereka di sekolah pun bagus.

Sejumlah dokter di Amerika Serikat menjadi yang pertama mengumumkan bayi pertama di dunia yang menggunakan teknik donasi mitokondria setelah melakukan prosedur tersebut di Meksiko. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG