Tautan-tautan Akses

Aung San Suu Kyi Hadir di Pengadilan Den Haag Ketika Myanmar Dituduh Melakukan Genosida


Foto yang dirilis oleh Mahakamah Internasional saat menangani persidangan kasus Gambia v. Myanmar terkait dugaan genosida Myanmar terhadap masyarakat etnis Rohingya.
Foto yang dirilis oleh Mahakamah Internasional saat menangani persidangan kasus Gambia v. Myanmar terkait dugaan genosida Myanmar terhadap masyarakat etnis Rohingya.

Penasihat negara Myanmar, pemenang hadiah Nobel, Aung San Suu Kyi, hadir di Mahkamah Internasional di Den Haag, Selasa untuk membela pemerintahnya dari tuduhan genosida.

Militer Myanmar dituduh melakukan kampanye pembunuhan massal, pemerkosaan dan penyiksaan terhadap komunitas Muslim Rohingya pada tahun 2017, memaksa lebih dari 700.000 orang melarikan diri ke negara tetangganya Bangladesh.

Aung San Suu Kyi sebelumnya dikenakan tahanan rumah selama 15 tahun hingga 2010, tetapi ia sekarang justru membela militer yang pernah memenjarakannya. Hampir 28 tahun sejak ia memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian, penasihat negara itu mendengarkan pengacara untuk Gambia, yang mengajukan kasus terhadap Myanmar, mulai merinci dugaan tindakan genosida.

Pengacara Gambia Andrew Loewenstein menceritakan kisah seorang saksi ketika para prajurit membunuh anggota laki-laki dari keluarganya. Mereka menembak orang-orang itu terlebih dahulu dan kemudian menggorok leher mereka. “Halaman menjadi bergelimang darah,” kata pengacara Andrew Loewenstein pada pengadilan Mahkamah Internasional itu. Mereka membunuh suami, ayah mertua dan kedua keponakan saksi yang berusia 15 dan 8 tahun. Mereka bahkan membunuh anak itu dengan cara yang sama, lanjut Loewenstein

Menteri Kehakiman Gambia Abubacarr Tambadou hari Selasa mengatakan kepada wartawan ia ingin Mahkamah Internasional memerintahkan tindakan khusus untuk melindungi warga Rohingya sampai kasus genosida itu sepenuhnya didengar.

"Kita adalah penandatangan Konvensi Genosida seperti negara lainnya. Ini menunjukkan bahwa kita tidak harus memiliki kekuatan militer atau kekuatan ekonomi untuk membela keadilan," kata Tambadou.

Sejumlah demonstrasi terjadi di Myanmar menentang sidang pengadilan itu. Di kamp-kamp pengungsi di negara tetangganya, Bangladesh, Muslim Rohingya melakukan sholat ketika sidang kasus ini berlangsung. [my/rw]

XS
SM
MD
LG