Tautan-tautan Akses

AS Usir 60 Warga Rusia Setelah Peracunan Mantan Mata-mata Rusia di Inggris


Gedung Kedutaan Besar Rusia di Washington DC (foto: ilustrasi).
Gedung Kedutaan Besar Rusia di Washington DC (foto: ilustrasi).

Amerika Serikat, hari Senin (26/3) memerintahkan 60 diplomat Rusia yang dituduh mata-mata agar meninggalkan negara ini dalam waktu satu pekan. Sejumlah sekutu Amerika, termasuk Perancis, Jerman, Polandia dan yang terbaru, Australia pada Selasa ini (27/3), mengambil langkah serupa sebagai tanggapan terpadu atas serangan senjata kimia pada 4 Maret lalu terhadap mantan agen ganda Rusia dan putrinya di Salisbury, Inggris.

Serangan terhadap Sergei Skripal dan putrinya, Yulia, dengan gas saraf yang biasa digunakan militer Rusia, telah menimbulkan tanggapan internasional yang kuat.

Amerika mengusir 60 diplomat Rusia dan memerintahkan penutupan konsulat Rusia di Seattle. Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump masih menghendaki kerjasama dengan Rusia, namun menyatakan bahwa tindakan-tindakan Rusia tidak memungkinkan kerjasama itu terjadi.

“Peracunan di Inggris yang menjurus pada pengumuman hari ini merupakan suatu tindakan yang sangat lancang. Tindakan yang sembrono. Ini membahayakan bukan hanya dua orang yang diracun tetapi banyak warga sipil, banyak warga sipil tak berdosa,” kata Raj Shah, juru bicara Gedung Putih.

Duta Besar Amerika untuk Rusia, Jon Huntsman. (Foto: dok).
Duta Besar Amerika untuk Rusia, Jon Huntsman. (Foto: dok).

Duta Besar Amerika untuk Rusia Jon Huntsman menjelaskan langkah pembalasan tersebut.

“Amerika Serikat mengambil langkah ini bersama-sama dengan sekutu-sekutu NATO dan mitra-mitra kami di seluruh dunia, sebagai respons atas serangan senjata kimia yang berkualitas militer di wilayah Inggris oleh Rusia.”

Duta Besar Rusia untuk Amerika, Anatoly Antonov, mengatakan Moskow terkejut oleh pengusiran tersebut, seraya menyatakan tindakan tersebut bertentangan dengan percakapan yang “konstruktif” melalui telepon antara Trump dan Presiden Vladimir Putin pekan lalu.

Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT APEC di Danang, Vietnam, 11 November 2017. (Foto: dok).
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT APEC di Danang, Vietnam, 11 November 2017. (Foto: dok).

Sebagian analis mengatakan tindakan keras Amerika itu tidak terduga dan dapat menandai titik balik menentukan bagi pemerintahan Trump.

“Ini menunjukkan bahwa kita tidak akan membiarkan perilaku Rusia semacam ini lagi, bahwa bersembunyi di balik tabir ambiguitas dan penyangkalan dengan berkilah tidak berguna. Jejak Rusia jelas sekali dalam serangan ini, dan tanggapan keras diperlukan. Saya pribadi berpikir tanggapan yang bahkan lebih keras masih dapat dibenarkan, termasuk sanksi-sanksi dengan target oligarki-oligarki besar,” jelas Alexander Vershbow, mantan duta besar Amerika untuk Rusia, melalui Skype.

Sejumlah analis lain menyatakan langkah ini merupakan unjuk solidaritas signifikan Amerika dengan Inggris dan mengirim sinyal kepada Putin.

Baca juga: Pemerintah AS Perintahkan Konsulat Rusia di Seattle Ditutup

“Setidaknya dalam solidaritas Amerika-Inggris, ini seharusnya membantu mempertahankan hubungan baik itu dan kemungkinan akan mencegah Rusia melakukan aksi-aksi serupa, mengingat eratnya hubungan ini,” kata Richard Weitz dari lembaga kajian Hudson Institute.

Para pakar menyatakan Putin kemungkinan besar akan menanggapi dengan cara yang sama, dengan mengusir sedikitnya 60 staf diplomatik Amerika dari Rusia. September lalu, Rusia juga mengusir 755 diplomat Amerika.

Kantor berita pemerintah Rusia RIA menyatakan Putin akan menanggapi dengan memerintahkan sedikitnya 60 staf dari misi-misi diplomatik Amerika di Rusia untuk meninggalkan negara tersebut. [uh/ab]

XS
SM
MD
LG