Tautan-tautan Akses

AS Pertimbangkan Masa Depannya di Afghanistan 


Sebuah pesawat milik Angkatan Udara AS lepas landas dari bandara Kabul, Afghanistan, 30 Agustus 2021. (Aamir QURESHI / AFP)
Sebuah pesawat milik Angkatan Udara AS lepas landas dari bandara Kabul, Afghanistan, 30 Agustus 2021. (Aamir QURESHI / AFP)

Menjelang tenggat berakhirnya upaya evakuasi dan penarikan militer AS dari Afghanistan pekan ini, keputusan Presiden AS Joe Biden dipertanyakan. VOA melaporkan tentang kritikan itu serta tentang serangan yang menewaskan personel militer AS dan warga sipil Afghanistan di Kabul.

Upaya evakuasi udara dari Afghanistan memasuki jam-jam terakhir. Setelah tenggat 31 Agustus sekalipun, pemerintahan Biden mengatakan akan terus berusaha untuk membawa warga negara AS dan sekutu-sekutunya di Afghanistan keluar dari negara itu. Seorang pejabat senior Taliban mengatakan orang-orang akan diijinkan melakukan perjalanan ke luar negeri di masa depan.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan dalam program ABC “This Week” bahwa masyarakat internasional akan menyaksikan. "114 negara telah menunjukkan dengan jelas bahwa mereka mengharapkan Taliban akan memberikan kebebasan melakukan perjalanan setelah 31 Agustus."

Pada Minggu (29/8), Presiden Joe Biden memberi penghormatan kepada ke-13 personel militer AS yang gugur dalam pemboman bunuh diri pekan lalu di bandara Kabul. Lebih dari 100 warga Afghanistan juga tewas.

Penarikan AS dari Afghanistan akan berisiko dan kacau, kata pemerintahan itu. Mereka menyinggung soal keberhasilan dalam mengangkut 100.000 orang naik pesawat dalam beberapa pekan belakangan. Para pengkritik mengatakan Biden telah melakukan banyak langkah berbahaya.

Lindsey Graham.
Lindsey Graham.

Senator Lindsey Graham, seorang tokoh Partai Republik, berbicara dalam program “Face the Nation” di CBS. “Presiden Biden mengatakan dia ingin menghapus isu Afghanistan bagi presiden masa depan. Tapi dia justru melakukan sebaliknya. Untuk 20 tahun ke depan, presiden-presiden AS mendatang akan berurusan dengan bencana ini."

Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, mengatakan berbagai laporan intelijen mengindikasikan kelompok-kelompok teroris di Afghanistan tidak punya kemampuan perencanaan eksternal yang canggih, tetapi kekhawatirannyaadalah mereka bisa mengembangkan kemampuan itu.

Dia berbicara kepada CBS “Face the Nation”. "Yang telah kami buktikan berulang kali di negara-negara lain adalah kami mampu mengekang ancaman terorisme, termasuk kemampuan perencanaan eksternal, tanpa menerjunkan kekuatan yang besar di lapangan," jelasnya.

Selanjutnya, Menlu Blinken mengatakan AS harus memberikan perhatian yang besar untuk Afghanistan tapi tidak akan punya perwakilan diplomatik di sana. "Kami akan cermati apa yang akan terjadi dalam beberapa minggu dan bulan ke depan, terkait sikap Taliban, dan seperti apa situasi keamanan di negara itu," jelasnya.

Blinken mengatakan belum jelas apakah AS mungkin akan kembali lagi ke negara itu, yang pernah didudukinya selama hampir 20 tahun. [vm/jm]

XS
SM
MD
LG