Tautan-tautan Akses

POLITIK KEAGAMAAN DI AMERIKA <br> Oleh: Leon Howell - 2004-11-16


Pemilihan presiden tahun 2004 menunjukkan bagaimana Amerika terpecah, baik secara politik maupun agama. Survai menunjukkan bahwa pemilih menyebut nilai-nilai moral sebagai keprihatinan utama, disusul perekonomian dan perang melawan teror.

Dalam setiap pemilihan presiden, kepada lebih dari sepuluh ribu orang diajukan serangkaian pertanyaan, seusai mereka memberikan suara. Jajak pendapat yang disebut “exit-polls’ ini memberikan gambaran sekilas mengenai sikap rakyat Amerika.

Misalnya, menurut exit-poll, sebagian besar pemilih di pedesaan memilih Presiden Bush, sementara mereka yang tinggal di perkotaan umumnya memilih Senator John Kerry.

Umur juga menjadi faktor. Pemilih yang berumur di atas 60 tahun, umumnya memilih Presiden Bush dengan selisih delapan persen dari John Kerry, sementara pemilih umur 18 sampai 29 tahun umumnya memilih John Kerry dengan selisih sembilan persen dsri Presiden Bush.

Penghasilan juga menjadi faktor. Orang yang berpenghasilan di atas $100.000,00 setahun umumnya mendukung Presiden Bush, sedangkan pemilih yang berpendapatan di bawah $40.000,00 setahun memberikan suara kepada John Kerry.

Gender juga berpengaruh. Lelaki mendukung Presiden Bush dengan selisih 11 persen, perempuan mendukung John Kerry dengan selisih 5 persen. Agama juga merupakan faktor penting, dan menunjukkan terpecahnya Amerika.

Kelompok evangelis, yaitu warga kulit putih Kristen yang sering ke gereja, tidak teorganisasi secara rapi tetapi memiliki kesamaan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, merupakan pendukung kuat Presiden Bush.

Tetapi warga Kristen dari denominasi besar seperti Presbytarian, Methodists, Luther dan Episkopal, yang lebih terorganisasi, mendukung John Kerry dengan selisih tipis.

Orang Katolik, denominasi terbesar di Amerika, terpecah. 56 persen warga Katolik kulit putih mendukung Presiden Bush, sementara 58 orang Katolik keturunan Hispanik mendukung Senator John Kerry.

Senator John Kerry adalah orang Katolik pertama yang menjadi calon kuat dalam pemilihan presiden Amerika, sejak Presiden John Kennedy terpilih tahun 1960. Tetapi berbeda dengan Kennedy, John Kerry ditentang oleh sebagian pemimpin Gereja Katolik sendiri. Pada tahun 1960, aborsi bukan isu dalam pemilihan. John Kerry pribadi menentang aborsi, tetapi ia mengatakan, kalau terpilih menjadi presiden, ia tidak akan menentang prosedur legal bagi perempuan yang ingin melakukan aborsi. Orang Katolik menentang aborsi dan sebagian Uskup memerintahkan agar para pengikut mereka tidak mendukung John Kerry karena posisinya dalam isu aborsi.

Sembilan puluh persen umat Muslim Amerika, 65% orang Yahudi, dan 90% warga kulit hitam mendukung John Kerry.

Dalam beberapa bulan ini orang akan ramai memperdebatkan arti sebearnya kata ‘nilai moral’. Kaum evangelis tahun ini terbakar semangatnya gara-gara isu aborsi yang mereka anggap sebagai pembunuhan, dan harus dilarang, dan perkawinan sesama jenis. Mereka berpendapat, dua orang dari sesama jenis tidak layak terikat dalam pernikahan yang memberikan hak legal sama dengan lelaki dan perempuan yang terikat dalam pernikahan tradisional. Karena Presiden Bush sependapat dengan mereka, mereka mendukung Bush sepenuh hati.

Bagi banyak orang yang religius, isu-isu lain seperti perang Irak, perekonomian dan layanan kesehatan, memiliki makna yang sama bobotnya.

Jim Wallis, redaktur sebuah jurnal keagamaan yang menekankan pada keadilan sosial, berulangkali menegaskan bahwa Tuhan bukan orang Demokrat ataupun Republik. Ia menyambut baik perdebatan mengenai isu-isu keagamaan yang paling penting dalam politik.

Dalam sebuah artikel, Jim Wallis mengemukakan: “Kaum religius sayap kanan berjuang agar perkawinan antara sesama jenis dan aborsi tetap menjadi focus, dan mereka bahkan mengatakan, umat Kristen dan Yahudi yang baik tidak punya pilihan lain kecuali Presiden Bush.”

Tetapi banyak kaum evangelis moderat, dan umat Kristen, Yahudi dan Muslim agresif tidak sependapat. Menurut mereka kemiskinan adalah juga isu keagamaan, demikian juga perlindungan lingkungan, yang merupakan salah satu ciptaan Tuhan. Jutaan warga Amerika yang agamanya kuat berpendapat, perang Irak bukan perang yang adil.

Sumbangan utama agama pada politik, kata Jim Wallis, bukannya kesetiaan pada suatu partai, tetapi tekad untuk mempertahankan independensi moral untuk mengemukakan kritik terhadap semua kegiatan politik.

(Adaptasi: Djoko Santoso)

XS
SM
MD
LG