Tautan-tautan Akses

MELAWAN MALARIA DENGAN OBAT CINA <br> Oleh Leon Howell - 2004-05-24


Rempah rempah itu pertama ditemukan dua ribu seratus tahun yang lalu, tetapi kegunaannya sebagai obat malaria dilupakan orang selama berabad abad.

Kemudian, sebuah penggalian arkeologi yang dilakukan setelah Perang Dunia II menemukan resep itu di dalam sebuah kuburan. Resep itu menghasilkan obat yang disebut ‘artemisinin’, yang terbukti manjur untuk mengobati malaria.

Tentara Cina memproduksinya pada tahun 1965 untuk membantu tentara Vietnam menghadapi penyakit malaria selama perang melawan Amerika Serikat. Di Vietnam pada awal tahun 1990an, obat itu mengurangi 97 persen kematian ketika terjadi amukan wabah malaria. Afrika Selatan menggunakannya dengan sukses, dibarengi penyemprotan insektisida, untuk mengurangi dengan tajam kasus penyakit malaria di provinsi KwaZula Natal beberapa tahun yang lalu.

Di luar itu, obat ini tidak banyak digunakan. Beberapa badan internasional semula tidak mau menggunakan artemisinin, dengan mengatakan, obat ini terlalu mahal dan belum cukup diuji. Sekarang para pendukung penggunaan artemisinin berhasil mengatasi penolakan itu, dan membuatnya sebagai inti program pembasmian malaria.

Malaria tidak banyak mendapat perhatian orang, tetapi setiap tahun menelan banyak korban jiwa. 90 persen korban malaria ada di Afrika Tengah, sebagian besar di antaranya anak anak balita.

Marilah kita bandingkan kecilnya perhatian orang pada malaria dengan gemparnya media sedunia menanggapi wabah SARS yang meledak 18 bulan yang lalu.

Seluruhnya, sekitar 800 orang telah meninggal dunia akibat SARS. Padahal, kata seorang spesialis penyakit tropis dari Inggris, setiap hari tiga ribu orang anak anak dan perempuan hamil meninggal dunia di Afrika karena malaria. Dengan kata lain, setiap hari jumlah orang yang meninggal dunia karena malaria sama dengan korban serangan teroris 11 September di New York. Keganasan malaria hanya dikalahkan oleh HIV/AIDS, yang menewaskan 2.4 juta orang pertahun, dan tuberculosis yang menewaskan lebih dari dua juta orang per tahun.

Karena itulah, sekarang masyarakat kesehatan internasional sangat antusias mengenai prospek artemisinin sebagai obat mujarab untuk malaria.

Mereka antusias karena pil kina, yang selama ini digunakan untuk mengobati malaria, telah kehilangan keampuhannya terhadap semakin banyak orang. Parasit malaria telah menjadi kebal terhadap obat yang paling banyak dipakai ini.

Artemisinin, yang dibuat dari tanaman yang disebut qing hao su, tidak akan menimbulkan kekebalan, karena para ilmuwan menggabungkannya dengan beberapa jenis obat lain. Parasit yang kebal dari satu jenis obat, akan dihancurkan obat yang lain.

Organisasi Dana Global Untuk AIDS, Tuberculosis dan Malaria, akan menghabiskan sekitar 450 juta dolar untuk mendistribusikan obat itu selama lima tahun yang akan datang. Sebelas negara telah memperoleh hibah untuk membelinya, dan lebih dari 30 negara lain menunggu giliran. Dalam waktu dekat, semua negara Afrika akan menggunakan obat ini.

Meledaknya permintaan akan obat ini mungkin akan membuat naiknya harga. Qing hao su hanya ditanam di Cina dan Vietnam. Pembudidayaannya harus sangat ditingkatkan untuk memenuhi permintaan.

Usaha membasmi malaria selama berabad abad tidak berhasil, dan malaria masih menjadi wabah dari Mekong ke Amazon, dan terutama di Afrika Tengah.

Tahun 1998, Organisasi Kesehatan Sedunia WHO mencanangkan program untuk mengurangi separuh kematian akibat malaria pada tahun 2010. Program ini gagal. Sampai tahun 2003, jumlah kematian meningkat 13 persen. Pengecam mengatakan, masyarakat internasional menggunakan obat murah dan terlalu mengandalkan pencegahan, yaitu kelambu yang disemprot insektisida. Hanya satu persen anak anak di Afrika menggunakan kelambu seperti itu.

Di Asia Tenggara, situasi malaria tidak banyak berubah selama satu dasawarsa terkahir ini. sekitar 27 juta orang terjangkit malaria setiap tahun, mengakibatkan sekitar 30 ribu kematian. Indonesia dan Birma memimpin dalam jumlah infeksi dan kematian.

Kalau artemisinin memang semanjur yang diharapkan, dunia akan segera terbebas dari momok yang menakutkan, penyakit malaria.

Alih bahasa oleh Djoko Santoso

XS
SM
MD
LG