Tautan-tautan Akses

OPERA  KOREA DI  AMERIKA <br> Oleh  Leon Howell - 2004-03-02


Petikan opera dari Korea berjudul Ssibaji yang diciptakan pada tahun 1830 baru-baru ini dipentaskan tidak jauh dari kota Washington, di Amerika.

Pertunjukan itu merupakan momen penting bagi penggubah lagu Amerika asal Korea, Lee Ye Sung. Ia sangat dihormati. Karyanya telah dimainkan dalam pertunjukan-pertunjukan di Beijing, Paris dan New York. Tetapi ini merupakan opera pertamanya. Dan loka-karyanya ini yang menampilkan hampir sepertiga dari pertunjukan opera yang panjang, merupakan yang pertama digelar dan diperdengarkan langsung di depan penonton, termasuk para pengritik yang tak kenal ampun.

Para vokalis pertunjukan itu dari studio opera Maryland nomor satu bertempat di Universitas Maryland. Ssibaji memiliki suara drum yang mempesonakan dimainkan oleh seorang pemain drum tradisional perempuan Korea. Dia menggubah lagu untuk dimainkan pada alat-alat musik tradisional Korea untuk opera lengkap Ssibaji. Opera itu menggunakan seorang cenayang atau shaman gaya Korea. Keluarganya penganut Konghucu, Budha dan Shaman.

Lee Ye Sung berharap akan menyelesaikan Ssibaji pada akhir bulan Agustus. Itu berarti produksi penuh dan lengkap opera itu akan diselenggarakan musim semi tahun 2005.

Opera memerlukan minat dan musik besar. Demikian pula Ssibaji tidak terkecuali. Ssibaji dalam bahasa Korea kira-kira berarti pengganti atau wakil. Sampai abad ke 20, sebagian keluarga bangsawan Korea yang tidak mempunyai pewaris laki-laki memilih seorang wanita miskin untuk dibuahi oleh laki-laki bangsawan itu dengan harapan akan melahirkan seorang anak laki-laki. Isteri sah bangsawan itu berpura-pura hamil. Kalau perempuan miskin tadi melahirkan bayi laki-laki, keluarga bangsawan itu mengumumkan anak itu sebagai anak mereka sendiri. Ibu tumpang tadi diberi imbalan, biasanya berupa tanah , dan dipulangkan ke daerah asalnya. Kalau anak yang lahir perempuan, ibu tumpang itu hanya diberi separuh bayaran dan pergi bersama anak perempuannya.

Banyak ceritera kejadian lain terdapat dalam kisah semacam itu. Semuanya masuk ke kehidupan dalam ceritera Ssibaji. Seorang gadis desa tidak berpengalaman jatuh cinta dengan seorang pria bangsawan yang menggunakannya untuk mendapatkan anak laki-laki. Perempuan itu melahirkan bayi laki-laki yang elok. Perempuan muda itu ingin tetap memiliki bayinya, dan mengatakan,”Berikan kepadaku anak laki-lakiku. Saya tidak ingin tanah.” Tetapi pria bangsawan itu tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada perempuan itu. Anak laki-laki pertama dari anak-anak pertama laki-laki selama 500 tahun. Bayi itu diambil oleh keluarga bangsawan tadi. Sekarang sudah bukan rahasia lagi, bahwa ibu tumpang tadi dibunuh oleh para pelayan keluarga bangsawan itu. Dan…rohnya kembali menghantui keluarga tersebut.

Tekniknya adalah menuangkan kisah sandiwara sensasi itu ke dalam musik dan sandiwara yang mengharukan penonton. Itulah yang sedang dilakukan oleh penggubah lagu Lee dan Leon Major, salah seorang sutradara opera yang paling terhormat. Dia yakin Lee seorang penggubah lagu paling berbakat, yang berbakat istimewa dalam menulis naskah sandiwara musik. Tetapi opera adalah keahlian yang banyak persyaratannya. Lee Ye Sung banyak belajar. Banyak yang harus dipelajarinya.

Lee Ye Sung sependapat. Dia senang mendengar bagian dari operanya dipentaskan dengan keahlian semacam itu. Tetapi hal itu juga menunjukkan bahwa banyak yang masih harus dilakukan.

Lee Ye Sung lahir di Seoul. Ibunya pindah bersama keluarganya ke San Francisco setelah ayah Lee meninggal dunia. Bakat musik Lee yang mula-mula di bidang piano sebagai pianis, maju dengan pesat di bidang musik. Tetapi kecelakaan pada jari tangan kanannya di lapangan bermain di sekolah mengakhiri impiannya untuk tampil dalam pertunjukan sebagai pianis konser. Namun, langkahnya ke arah penggubahan lagu membawanya ke sekolah-sekolah di New York, Boston, Paris, Baltimore dan sekarang Washington.

“Saya tidak mencari bidang mengenai Korea, tetapi bidang itu yang menemukan saya,” katanya. “Ketika saya mulai memikirkan tentang sebuah ceritera yang sangat bagus untuk opera, pengetahuan saya mengenai Korea memberikan hal itu.”

Sebenarnya, dia sudah mengimpikan sebuah opera berjudul “Comfort Women” atau “Wanita Penghibur”, mengenai perempuan-perempuan Korea yang digunakan sebagai budak seks oleh militer Jepang dalam Perang Dunia Kedua.

Sutradara Leon Major mengatakan Ssibaji berpotensi besar. Kalau segalanya berjalan lancar, dia dapat membayangkan pergelarannya di berbagai gedung opera di Amerika Serikat.

Dan mungkin suatu saat nanti Ssibaji akan dipentaskan di Seoul.

Diterjemahkan oleh Purwati Soeprapto

XS
SM
MD
LG