Menakjubkan. The Iraqi National Symphony Orchestra atau Orkes Simponi Nasional Irak, disingkat INSO, yang dilanda penindasan, sanksi, pengeboman, dan penjarahan, masih tetap hidup. Hebatnya lagi, orkes itu bisa mengadakan pertunjukan di Washington, D.C., 9 Desember yang baru lalu.
Hal itu cukup luar biasa. Tetapi orkes yang terdiri dari 63 anggota itu mengadakan pertunjukan bersama Orkes Simfoni Nasional. Dan artis solo tamunya adalah pemain cello Amerika asal Cina yang terkenal, Yo Yo Ma.
Lebih dari itu, Yo Yo Ma bergabung dengan para pemain cello Iraq dengan duduk di antara mereka selama konser berlangsung. Pada waktu latihan, dia mengatakan, “mereka memberitahu dan membantu saya.” Setiap musikus mengimpikan bisa duduk berdampingan dengan seorang profesional demikian,” kata seorang pemain biola muda.
Orkes Simfoni Nasional Iraq berjuang untuk tetap hidup selama bertahun-tahun. Orkes itu dibubarkan pada akhir tahun-tahun 1960-an. Gajinya sangat rendah pada tahun-tahun terakhir ini sehingga para pemainnya melakukan pekerjaan lain, seperti menjadi sopir taksi dan menjual arang. Sanksi-sanksi PBB dikenakan terhadap Iraak, sesudah Irak menyerbu Kuwait pada tahun 1990, memberikan pukulan keras terhadap Irak. Untuk mempertahankan musik supaya tetap hidup tidak mudah. Untuk mencari dan membeli alat-alat musik seperti klarinet, dan senar untuk biola, memerlukan usaha keras.
Saddam Hussein tidak menyukai musik mereka. Dalam satu dasa warsa yang lalu, rezim Saddam Hussein sangat menyulitkan orkes simponi itu untuk mengadakan konser. Manajer Umum orkes itu dipernjarakan dari tahun 1986 sampai 2002.
Namun demikian, Orkes Simfoni Nasional Iraq bertahan hidup. Kemudian pecah perang di Irak tahun 2003. Ketika bom-bom berjatuhan, para anggota orkes itu bersembunyi. Perang itu menghancurkan ruang konser sederhana yang berkapasitas 300 tempat duduk.
Tetapi, setelah tahap pertama pemboman selesai, INSO bersatu kembali. Pemimpin Orkes Simfoni Nasional Iraq Amin Ezzat kembali dari pengasingan selama setahun di Swedia. Sekarang INSO memiliki 63 anggota, termasuk empat perempuan, berumur dari 23 sampai 73 tahun. Warga Kurdi, Turkomen, Muslim Suni dan Shiah, dan warga Kristen Assyria, menduduki tempat mereka masing-masing.
Konser pertama INSO berlangsung bulan Juni lalu. Malam itu, disertai cucuran air mata kebahagiaan, Orkes Simfoni Nasional Iraq itu memainkan "My Country", lagu kebangsaan Irak yang dilarang oleh Saddam Hussein, ketika dia mulai berkuasa tahun 1979.
Karena itu, grup yang berani itu, yang mengabdikan diri pada musik, mendapapt undangan untuk melawat 9300 Km untuk main di Gedung Kesenian Kennedy Center for the Performing Arts. Gedung kesenian Kennedy Center terletak di tepi sungai Potomac di Ibukota Amerika. Beaya penerbangan dibayar oleh Program Pertukaran Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Penampungan mereka dan lain-lainnya ditanggung oleh Kennedy Center.
Menteri Luar Negeri Amerika Colin Powell menyebut penampilan Orkes Simfoni Nasional Iraq sebagai "Peristiwa Bersejarah Kembalinya Kebudayaan Irak ke Pentas Dunia". Konser itu memadukan pertunjukan kesenian klasik Barat oleh Beethoven, Bizet dan lain-lainnya dengan komposisi Irak dan Kurdi. Salah satu dari lagu-lagu tersebut adalah karya Pemimpin Orkes itu, Azzat. Seorang pembahas musik sangat menyukai saat-saat penampilan solo pada instrumen-instrumen Irak, dengan menyebut para pemainnya "artis-artis yang kuat dan imajinatif."
Kedatangan misi keksenian Irak itu menarik perhatian besar kalangan media. Berbagai perusahaan Amerika telah melengkapi orkes simfoni itu dengan alat-alat musik baru dan 500 musik.
Keadaannya menarik bahwa banyak tokoh terkemuka pemerintah dalam perang menghadiri konser itu. Orkes Simfoni Nasional Iraq sebelumnya telah dikecam oleh sebagian orang di Irak karena mengunjungi Amerika Serikat, langkah yang menimbulkan perdebatan sengit di Iraq. Satu anggota ditembak mati sesaat sesudah keluar pengumuman mengenai rencana lawatan konser ke Amerika.
Para pemusik INSO menghindari pertanyaan wartawan mengenai apakah mereka akan memadukan politik dan musik. Pemimpin Orkes Simfoni Nasional Iraq mengatakan, masalah itu adalah persoalan antar pemerintah. Kalangan musikus "berbicara dalam bahasa yang sama yaitu do, re, mi, fa, sol, la, si, do."
Barangkali Presiden John F. Kennedy memiliki gagasan yang tepat lebih dari 30 tahun yang lalu. Katanya, "Saya yakin bahwa kita akan dikenang bukan karena kemenangan atau kekalahan kita dalam pertempuran atau politik, tetapi karena sumbangan kita pada semangat kemanusiaan."
Diterjemahkan oleh Purwati Soeprapto