Tautan-tautan Akses

AMERICAN WORKERS CELEBRATE  LABOR DAY BY PROTESTING by Leon Howell - 2003-09-09


Banyak negara menghormati sumbangan para karyawan mereka dengan menyelenggarakan hari besar tahunan Hari Buruh. Negara-negara sosialis, termasuk Cina merayakannya pada tanggal 1 Mei.

Di Amerika Serikat “ Hari Buruh” menandai berakhirnya musim panas. Setiap tahun hari buruh dirayakan pada hari Senin pertama bulan September. Banyak keluarga Amerika menggunakan tiga hari libur panjang akhir pekan tanggal 30 Agustus sampai 1 September untuk menikmati masa libur terakhir sebelum musim panas berlalu dan memusatkan perhatian mereka pada tugas-tugas seperti mengurus anak-anak kembali ke sekolah.

Di bidang politik kegiatan juga semakin meningkat setelah Hari Buruh. Presiden George W. Bush kembali ke Washington setelah vakansi di ranchnya di Texas. Kongres Amerika kembali bersidang setelah reses selama sebulan. Para penyiar anchor top televisi muncul kembali dalam siaran setelah cuti panjang. Sebagian besar pegawai kantor telah kembali berada di tempat kerja, membaca e-mail dan pesan di telepon yang menumpuk. Banyak gereja, masjid, sinagog (tempat ibadah orang Yahudi) telah mengadakan reuni sementara mereka kembali ke jadwal kegiatan tetap.

Hari Buruh Amerika diciptakan lebih dari 100 tahun yang lalu untuk menghormati sumbangan para karyawan kepada negara. Sejak itu setiap tahun rakyat Amerika tetap merayakannya.

Pawai, gerak jalan dan rapat-rapat umum Hari Buruh tahun ini diselenggarakan di seluruh negara. Banyak dari perayaan ini difokuskan pada isu-isu yang menjadi keprihatinan rata-rata karyawan di Amerika. Di kota-kota sebelah selatan San Francisco , di Negara-Bagian California, 140 pemimpin buruh membawa pesan mereka ke gereja , sinagog, kuil, masjid, pura, dan tempat-tempat ibadah lain.

Di Erie, Pennsylvania, kelompok yang terdiri lebih dari 100 karyawan Amerika berkumpul memprotes tingkat nilai mata uang Cina, yuan, dengan menganggap bahwa karena nilainya terlalu tinggi mengakibatkan hilangnya ratusan lapangan kerja di Amerika .

Sekarang adalah saat sulit bagi karyawan Amerika. Sembilan juta orang menjadi penganggur dan mencari pekerjaan. Selain itu dua juta orang lagi telah lama sekali menjadi penganggur dan mereka tidak lagi mencari pekerjaan.

Resesi ekonomi tahun 2001 mengakibatkan kurang lebih 2,5 juta orang kehilangan pekerjaan. Perekonomian secara resmi mulai pulih 20 bulan lalu, tetapi sejak itu 700.000 lagi bidang pekerjaan hilang. “Mengenai meningkatnya pengangguran, kata ”Economic Policy Institute", pemulihan sekarang adalah yang terburuk sejak Biro Statistik Perburuhan mulai melacak pengangguran pada tahun 1939.

Sektor perpabrikan adalah yang paling parah terpukul. Media lagi-lagi mengemukakan laporan-laporan menyedihkan mengenai orang-orang yang kehilangan pekerjaan yang pernah mereka miliki semasa hidup mereka. Misalnya, perusahaan tekstil Pillotex, yang tutup secara mendadak musim panas ini. Itu mengakibatkan 6000 orang kehilangan pekerjaan di 10 negara bagian tanpa uang pesangon dan asuransi kesehatan. Perusahaan terbesar terdapat di North Carolina , yang menjadi jantung masyarakatnya selama lebih dari 100 tahun. Para pekerja dari generasi ke generasi telah bekerja di perusahaan itu. Perusahaan tekstil telah pindah dari Amerika, mencari upah buruh yang lebih rendah.

Di seluruh Amerika para karyawan marah karena hilangnya pekerjaan. Mereka tahu bahwa Cina, yang menggunakan buruh dengan upah rendah dan mata uang dengan nilai sangat rendah, sekarang memproduksi dua dari tiga pesawat telepon yang dijual di Amerika, tiga dari empat mainan anak-anak, kira-kira 7 sampai 10 pohon Natal tiruan, san separuh dari jumlah lemari es.

Banyak karyawan mengikuti perkembangan perdagangan internasional dengan cermat. Sebagian juga yakin bahwa nilai tukar mata uang Cina, Yuan, yang rendah menyebabkan barang-barang ekspor murah. Demikian juga Pemerintahan Bush mengikuti perkembangan itu, dan baru-baru ini mengutus Menteri Keuangan John Snow ke Cina untuk mencoba mendorong negara itu agar membiarkan nilai mata uang Yuan mengambang, namun tampaknya hal itu tidak mungkin.

Pekan lalu, harian New York Times memperingatkan agar jangan menjadikan Cina sebagai sumber kesalahan politik. “Mitra-mitra dagang Cina berhak melontarkan keluhan,” kata harian tersebut, “tetapi tidak bertanggung jawab dan tidak akurat bagi Amerika kalau menyalahkan Beijing sebagai penyebab kelesuan ekonomi Amerika.”

Gerakan Buruh sendiri telah mengalami beberapa kesulitan. Lima puluh tahun lalu, 35 persen, atau kurang lebih satu diantara tiga karyawan Amerika adalah anggota serikat buruh. Sekarang, hanya 13 persen, kira-kira satu diantara sepuluh.

Serikat-serikat buruh masih mewakili 16 juta karyawan. Mereka masih tetap berpengaruh, tetap memobilisasi pemilih dalam pemilu.

Hari Buruh 2003 membawa kegembiraan pada akhir musim panas, tetapi juga merupakan masa prihatin bagi karyawan Amerika.

Diterjemahkan oleh Purwati Soeprapto

XS
SM
MD
LG