Tautan-tautan Akses

Duta Seni Remaja - 2003-07-22


Washington, DC disemarakkan oleh penampilan anak-anak dan remaja Indonesia yang tampil meyakinkan dalam berbagai nomer lagu dan tarian daerah Indonesia. Sebanyak 34 anak Indonesia berusia 10 sampai 16 tahun, ternyata mampu menunjukkan kebolehannya menjadi duta seni ke AS dengan misi perdamaian yang diembannya.

Mereka belajar menyanyi dan menari dari Yayasan Paduan Suara Rakyat Indonesia pimpinan Aida Simanjuntak yang juga menjadi dirijen. Perjalanan seninya ke beberapa kota di AS ini atas prakarsa Deputi Gubernur Bank Indonesia, Miranda Goeltom dan Clare Wolfowitz dari pihak Amerika Serikat.

Bagaimana mereka bisa tampil di AS? Setelah pementasannya di Jakarta Oktober tahun lalu yang dihadiri oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, pihak sponsor di AS dan pendiri Yayasan bermaksud menampilkan anak didiknya ke luar negeri, sekaligus untuk membawa misi perdamaian lewat musik dan lagu.

Pada pentasnya di Jakarta itu, dibawakan oleh 1200 anak dan remaja Indonesia dan warga asing yang tinggal di Indonesia. Kemudian dari ribuan anak itu, hanya dipilih mereka yang berasal dari Indonesia, khususnya dari daerah yang pernah terjadi kerusuhan, seperti Poso, Bali, Ambon dan Aceh. Tentu saja ditambah dengan kemampuan menyanyi dan menari yang telah diseleksi sebelumnya.

Dalam perjalanannya ke negeri Paman Sam ini, duta remaja Indonesia pentas di beberapa tempat, termasuk di Bank Dunia, Katedral Nasional Washington, Freer Gallery dan KBRI Washington, DC. Meskipun pentas di kota yang sama, namun banyaknya nomer lagu dan tari yang digelar berbeda. Dalam pentasnya di Katedral Nasional Washington, mereka tampil dalam nomer lengkap, dari lagu Barat sampai lagu-lagu dan tarian daerah Indonesia, seperti Lembe Lembe, , Ilir-Ilir, Ondel-Ondel dan Yamko RambeYamko. Sedangkan nomer tarian yang paling menarik perhatian dan mendapat tepukan tangan meriah dari penonton adalah tari Saman Aceh.

Sesuai dengan misi utamanya untuk menciptakan keharmonisan di dunia, lawatan seni ke AS ini diberi nama, World Harmony Tour 2003. Menurut Aida, suara anak-anak merupakan suara yang patut didengar karena belum terkontaminasi oleh keadaan dunia. Aida juga ingin meyakinkan masyarakat Amerika bahwa dengan timbulnya berbagai kekacauan di beberapa daerah di Indonesia, tidak berarti bahwa anak-anak Indonesia juga terpuruk oleh situasi tersebut. Melalui pementasan itu, warga Amerika bisa menyaksikan kemampuan remaja Indonesia dalam hal tarik suara dan menari. Dalam hal menari, ternyata grup ini dilatih oleh penata tari tingkat dunia, Eko Supriyanto, yang pernah menata tari untuk latar belakang penari Madonna dalam shownya ke Eropa dan Amerika tahun 2001. Eko yang tamatan Institut Seni Indonesia, ISI Surakarta dan Universitas California di Los Angeles juga penata tari untuk pentas Lion King di Los Angeles.

Satu lagu karangan Alfred Simanjuntak, ayah Aida, berjudul “Unite the Children of the World” juga dinyanyikan oleh paduan suara itu, di samping lagu “Tanah Airku” karangan Bu Sud. Yayasan Paduan Suara Rakyat Indonesia berdiri pada bulan Juni 1992. Selama lebih dari sepuluh tahun, anggota grup ini telah melawat ke berbagai negara seperti Filipina, Singapura dan Jerman. Setelah pentas di Washington, DC, grup seni ini melanjutkan perjalanan ke Florida dan tampil di Disney World, taman hiburan terbesar di AS. Selamat dan sukses !!

Oleh: Puspita Sariwati

XS
SM
MD
LG