World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia, disingkat WHO mengemukakan bahwa sejumlah besar kematian dan penyakit di seluruh dunia disebabkan oleh resiko yang jumlahnya relatif kecil. Dalam sebuah laporan baru, WHO mengatakan mengatasi resiko tersebut, dengan cara-cara yang sudah diketahui dapat meningkatkan harapan hidup dan memperbaiki kualitas kehidupan. Lebih jauh mengenai ke 10 risiko kesehatan se-global ini akan diuraikan berikut ini.
Cara lazim untuk mengukur jumlah penyakit dan kematian, adalah dengan mendaftarkan jumlah orang yang pernah mengidap penyakit atau mengalami kecelakaan. Kita bisa mengatakan, misalnya, dua juta orang meninggal karena TBC setiap tahun. WHO masih menghitung dengan cara itu, tetapi dalam Laporan Kesehatan Tahunan 2002, organisasi tersebut memandang kesehatan internasional melalui perspektif yang berbeda.
“Ini laporan mengenai faktor resiko, bukan tentang penyakit dan cedera.”
Dr. Charles Murray dari Amerika mengawasi penulisan Laporan Kesehatan Sedunia ini.
“Kami mundur selangkah dalam memandang rantai penyebab dan bertanya, bagaimana perilaku dan lingkungan kehidupan individu, lingkungan hidup semacam apa yang mengakibatkan pola penyebaran penyakit dan cedera yang terjadi?”
Untuk mengukur pentingnya secara relatif penyebab kematian dan penyakit, kelompok pakar di WHO mengkaji ulang studi-studi yang sudah dipublikasi, laporan-laporan pemerintah dan database internasional.
Mereka mengidentifikasi 10 hal yang menyebabkan hampir 56 juta kematian setiap tahun.
“Ini memberi fokus pada strategi pencegahan untuk meningkatkan kesehatan manusia, selain fokus yang lumrah pada penanganan penyakit dan cedera apabila terjadi.
Sepuluh faktor resiko kesehatan se-global yang mendapat tempat teratas dalam World Health Report adalah berat badan di bawah normal pada masa kanak-kanak dan kehamilan, berat badan berlebihan dan obesitas, mengadakan hubungan seks tanpa pengaman, darah tinggi, rokok, alkohol, sanitasi dan kebersihan yang tidak dijaga, kolesterol tinggi, asap dalam ruangan yang berasal dari bahan bakar padat dan kekurangan zat besi.
Dokter Murray mengatakan prevalensi risiko semacam itu tergantung pada masing-masing daerah. Berat badan di bawah normal, masalah gizi dan sanitasi mendominasi daerah-daerah miskin, sementara resiko konsumsi berlebihan menandai daerah yang kaya.
“Bagi negara-negara miskin di dunia, besarnya tingkat polusi dalam ruangan mengejutkan. Begitu pula, kekurangan nutrisi mikro atau vitamin dan mineral lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Akan tetapi, temuan paling mengherankan adalah di negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi, di mana tekanan darah tinggi, kolesterol dan alkohol persentasenya begitu luar biasa, setingkat dengan merokok.”
Laporan itu memperkirakan bahwa dengan mengurangi prevalensi faktor resiko kesehatan terbesar itu 25 persen saja, tingkat harapan hidup akan bertambah sebanyak 5 hingga 10 tahun di seluruh dunia. Daerah-daerah termiskin yang akan paling banyak mendapat manfaat, sedangkan yang terkaya mendapat manfaat paling sedikit. Dokter Murray berpendapat bahwa dengan perubahan sedikit saja, faktor risiko tersebut dapat dikurangi dengan cepat dan sebagian besar manfaatnya mulai dapat dirasakan dalam satu dasawarsa.
“Untuk mengatasi setiap resiko, ada hal-hal yang biayanya terjangkau dan dapat dilakukan sekarang. Yang penting banyak yang dapat dilakukan dengan sumber daya yang ada.”
Sebagai contoh, menurut World Health Report, negara-negara miskin dapat mengatasi kekurangan seng dengan menambahkan mineral tersebut pada bahan pangan dasar seperti beras dan terigu. Negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi dapat melawan obesitas, darah tinggi dan penyakit jantung melalui strategi mencakup pesan-pesan betapa pentingnya dan makan sehat serta usaha mengurangi garam dalam makanan yang diproses.